Suara.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump berkunjung ke Kenosha, Wisconsin, Selasa (1/9/2020). Alih-alih mengecam kekeras rasial, pria 74 tahun itu justru mendukung polisi.
Kenosha adalah kawasan yang menjadi tempat terjadinya penembakan pria afro-Amerika bernama Jacob Blake oleh anggota kepolisian. Kekerasan berbau ras itu mendapat kecaman banyak pihak.
Namun, alih-alih mengecam tindak kekerasan rasial dalam kunjungannya ke Kenosha, Donald Trump justru mendukung dan "berdiri" di pihak polisi, sebagaimana dilaporkan Channel News Asia (CNA), Rabu (2/9/2020).
Dalam kunjungannya ke Kenosha, Presiden ke-45 Amerika Serikat itu mendatangi toko furnitur yang terbakar habis akibat demonstrasi besar yang terjadi pasca penembakan tersebut.
Baca Juga: Pesan Manis Donald Trump untuk Sahabat Baiknya, Shinzo Abe
Dia kemudian memuji kesigapan pasukan Garda Nasional yang diturunkan untuk menangani demonstrasi. Pasukan itu membantu polisi memadamkan protes yang berujung kerusuhan.
"Ini bukan aksi protes damai, tapi benar-benar teror domestik," kata Trump kepada para pemimpin bisnis lokal di sasana sekolah menengah.
Para demonstran sebelumnya menuding ada piihak-pihak tertenut, seringkali orang kulit putih yang telah membajak aksi unjuk rasa damai menjadi kericuhan.
Banyak juga yang mengkritik tajam polisi, dengan mengatakan Amerika Serikat perlu memikirkan kembali sepenuhnya praktik penegakan hukum.
Namun, kritikan para demonstran justru ditanggapi Donald Trump secara berbeda. Dia mengklaim tanpa bantuannya, Kenosha mungkin sudah habis terbakar.
Baca Juga: Lewis Hamilton Tak akan Boikot GP Belgia
"Untuk menghentikan kekerasan politik, kita juga harus menghadapi ideologi radikal ... Kita harus mengutuk retorika anti-polisi yang berbahaya," kata Trump.
Kendati terlihat lebih mendukung kepolisian, Donald Trump turut memberi perhatian terkait korban kekerasan rasial tersebut, terutama bagi yang secara langsung terdampak.
"Saya merasa sangat sedih untuk siapa pun yang mengalami itu," kata Trump, mengacu pada penembakan polisi, dan bahwa dia merasa terhormat untuk bertemu dengan pendeta ibu Blake, satu-satunya dua orang kulit hitam di meja bundar Trump.
Pendeta James Ward mengimbau upaya yang lebih besar untuk mengubah hati orang dan membawa kesembuhan dan kedamaian bagi komunitas kulit berwarna.
Sementara istri dan rekan pendeta Sharon Ward berkata, "Saya pikir penting untuk memiliki orang kulit hitam di meja untuk membantu menyelesaikan masalah."