Suara.com - Pemimpin tetinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menganggap Uni Emirat Arab (UEA) telah berkhianat terhadap dunia Islam dan warga Palestina setelah menemukan kesepakatan damai dengan Israel.
Kesepakatan damai antara UEA dan Israel berlangsung pada 13 Agustus lalu. Keputusan itu membuat hubungan diplomatik kedua negara kembali normal.
Kesepakatan damai itu, demikian diwartakan Jerusalem Post, dicapai berkat bantuan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Trump, bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Putera Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed Bin Zayed melakukan kesepakatan damai via telepon.
Baca Juga: Musisi Underground Iran Ditangkap karena Kolaborasi dengan Perempuan
“Tentu saja pengkhianatan UEA tidak akan bertahan lama, tapi stigma ini akan selalu diingat," Ayatollah Ali Khamenei dikutip dari India Times, rabu (2/9/2020).
"Mereka membiarkan rezim Zionis masuk ke wilayah tersebut dan melupakan Palestina."
Pembantu utama Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tiba di Uni Emirat Arab dalam penerbangan bersejarah dari Tel Aviv pada Senin (31/8/2020).
Pertemuan itu untuk menyelesaikan pakta yang menandai hubungan terbuka antara UEA dan Israel.
Bahkan sebelum diskusi dimulai di Abu Dhabi, para delegasi membuat sejarah penerbangan ketika pesawat komersial Israel terbang di atas wilayah Saudi dengan penerbangan langsung dari Tel Aviv ke ibukota UEA.
Baca Juga: Cara Tayamum yang Benar menurut Islam dan Bacaan Niatnya
"Seperti itulah perdamaian untuk perdamaian," cuit Netanyahu, menggambarkan kesepakatan untuk hubungan formal dengan negara Arab yang tidak memerlukan penyerahan tanah yang direbut Israel dalam perang 1967.
Diumumkan pada 13 Agustus, kesepakatan normalisasi adalah akomodasi pertama antara negara Arab dan Israel dalam lebih dari 20 tahun dan sebagian besar dipicu oleh ketakutan bersama terhadap Iran.
Kesepakatan itu telah menimbulkan berbagai kecaman, terutama dari warga Palestina yang amat kecewa dengan langkah UEA itu.
Warga Palestina khawatir kesepakatan itu akan melemahkan posisi pan-Arab lama yang menyerukan penarikan Israel dari wilayah pendudukan.