Suara.com - Para petani di Santa Filomena, timur laut Brasil mendapat rezeki nomplok setelah daerah tempat mereka tinggal kejatuhan ratusan batu meteorit.
Menyadur India Times, Rabu (2/9/2020), fenomena jatuhnya ratusan batu luar angkasa itu terjadi pada 19 Agustus lalu. Harga batu-batu itu ternyata sangat mahal.
Costa Rodrigues, seorang mahasiswa, mengatakan bahwa para penemu batu-batu itu dapat menghasilkan ratusan juta rupiah dari hasil penjualan benda angkasa tersebut.
Potongan meteorit seberat 40 kilogram dilaporkan dapat terjual dengan harga 20 ribu poundsterling atau sekitar Rp392 juta.
Baca Juga: Cantik tapi Misterius, Terungkap Penyebab Meteorit Ini Berwarna Pelangi
"Harganya mencapai 5,5 pounds per gram dan semakin tinggi. Beberapa hari yang lalu, kisaran harga masih setengahnya," kata Costa Rodrigues kepada dikutip Mail Online.
"Sembilan puluh persen penduduk kota adalah petani. Tidak banyak toko, tidak ada yang menghasilkan pekerjaan. Itu adalah tempat yang sederhana, dengan orang-orang dengan upah rendah."
"Kebanyakan orang berpikir itu hal yang sangat bagus. Banyak orang telah menemukan batu, dan itu datang pada saat banyak yang benar-benar membutuhkan uang untuk membayar tagihan," tambahnya.
Potongan-potongan batu luar angkasa yang jatuh diyakini sebagai bagian dari meteorit berusia 4,6 miliar tahun, yang berasal dari awal tata surya.
Hanya satu persen dari meteorit yang termasuk dalam jenis ini, dan spesimen ini dapat dijual dengan harga puluhan ribu pound.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Stok Pupuk Bersubsidi 1 Juta Ton
Bagi penduduk lokal dari kota miskin dan pedesaan, ini telah memberikan peluang untuk langsung menjadi kaya.
Gabriel Silva, dari Institut Kimia Universitas Sao Paulo, mengatakan pada publikasi yang sama bahwa, meteorit ini adalah jenis kondrit.
"Ini adalah salah satu mineral pertama yang terbentuk di Tata Surya, sebelum Bumi. Meteorit dapat memberi tahu kita banyak tentang bagaimana alam semesta terbentuk," jelas Silva.
India Times melaporkan bahwa fenomena itu mengundang banyak orang yang disebut pemburu meteorit berdatangan ke Santa Filomena.
Penduduk setempat di kota, menyebut 19 Agustus sebagai "uang turun dari langit" karena bagi mereka, meteor itu benar-benar jadi anugerah di masa sulit.