Suara.com - Majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, pada Selasa (1/9/2020), mengumumkan akan menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad, untuk menandai dimulainya persidangan mereka yang terlibat dalam penyerangan kantor majalah tersebut pada 2015 lalu.
"Kami tak pernah takluk. Kami tidak akan menyerah," tulis Direktur Charlie Hebdo, Laurent Riss Sourisseau dalam editorial yang akan diterbitkan dalam edisi berisi kartun Nabi Muhammad itu.
Sebanyak 14 orang akan diadili di pengadilan Paris mulai Rabu (2/8/2020) besok. Mereka didakwa terlibat dalam penyerangan kantor Charlie Hebdo dan sebuah toko swalayan Yahudi pada Januari 2015 silam.
Pembantaian Charlie Hebdo
Baca Juga: Charlie Hebdo Kembali Bikin Karikatur Sindir Islam
Kasus ini bermula dari serangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo pada 7 Januari 2020. Sebanyak 12 orang, termasuk beberapa kartunis terbaik Prancis, dibantai oleh dua bersaudara Said dan Cherif Kouachi.
Charlie Hebdo adalah majalah mingguan yang dikenal tak takut mengulas soal politik, masalah sosial dengan jenaka. Selain para elit politik, kelompok agama mulai dari Katolik, Yahudi, dan Islam sering menjadi sasaran ejekan majalah ini.
Para petinggi dan staf redaksi majalah ini berkali-kali mendapatkan ancaman dan pernah digugat karena menerbitkan kartun bergambar Nabi Muhammad, salah satu tindakan yang dilarang dalam Islam.
Sehari setelahnya, Amedy Coulbaly, yang mulai menjalin persahabatan dengan Cherif Kouachi di penjara, membunuh seorang polisi perempuan bernama Clarissa Jean-Philippe di Montrouge, di luar kota Paris.
Pada 9 Januari Coulibaly membantai empat orang lainnya, yang semuanya adalah Yahudi, dalam sebuah drama penyanderaan di swalayan Hype Cacher, Paris bagian timur. Dalam sebuah video ia mengaku melakukan aksinya atas nama kelompok teroris ISIS.
Baca Juga: Prancis Bersiap Peringati Setahun Serangan Charlie Hebdo
Coulbaly kemudian tewas saat polisi menyerbu masuk ke dalam swalayan tersebut. Adapun Kouachi bersaudara tewas dalam penyerbuan polisi di Dammartin-en-Goele, di timur laut Paris.
Para terdakwa
Meski ketiga pelaku serangan itu sudah tewas, tetapi pihak berwenang Prancis tetap mengadili orang-orang yang diyakini telah membantu para pelaku pembantaian dalam melakukan aksinya. Sidang itu sendiri tadinya akan digelar awal 2020, tetapi terus ditunda karena pandemi Covid-19.
Sidang untuk para tersangka yang terlibat dalam penyerangan Charlie Hebdo ini akan digelar sampai 10 November mendatatang.
Dari 14 orang terdakwa, tiga di antaranya diadili secara in absentia yakni Hayat Boumedienne, rekan Coulibaly dan dua bersaudara: Mohamed serta Mehdi Belhoucine. Ketiga orang ini diyakini telah kabur ke Suriah utara dan Irak, yang ketika itu berada dalam kendali ISIS.
Beberapa laporan mengatakan bahwa tiga orang itu sudah tewas, tetapi belum ada bukti yang menguatkan. Hingga saat ini status orang-orang ini masih buronan.
Yang terancam hukuman paling berat, berpotensi divonis seumur hidup, adalah Mohamed Belhoucine dan Ali Reza Polat, seorang warga Prancis keturunan Turki.
Polat, yang diyakini dekat dengan Coulibaly, memainkan peran kunci dalam mempersiapkan serangan. Ia dituding sebagai orang yang membantu para pelaku pembantaian mempersiapkan persenjataan yang digunakan.
Ia juga dituduh terlibat dalam setiap tahap persiapan serangan. Setelah serangan dilancarkan, ia berkali-kali berusaha melarikan diri ke Suriah tetapi berhasil ditangkap pada Maret 2015.
Sementara Mohamed Belhoucine diyakini sebagai mentor ideologis Coulibaly, memperkenalkannya dengan ISIS, dan membantu pemuda itu melakukan baiat terhadap kelompok teroris itu.
Para saksi
Para penyintas serangan teroris ke Charlie Hebdo dan Hyper Cacher akan bersaksi dalam sidang ini.
"Sidang ini adalah momen penting bagi mereka," kata Marie-Laure Barre dan Nathalie Senyk, pengacara para korban di kantor Charlie Hebdo dalam keterangan yang diterbitkan Channel News Asia dari AFP.
"Mereka menantikan keadilan ditegakkan, untuk mengetahui siapa yang melakukan tindakan apa, karena mereka yang menarik pelatuk sudah tewas," imbuh dia.
Di antara mereka yang tewas di Charlie Hebdo adalah tiga orang kartunis paling terkemuka Prancis, yakni Stephane Charbonnier (47), Jean Cabut (76), dan Georges Wolinski (80).
"Persidangan ini penting meski Amedy Coulibaly sudah tewas. Tanpa para terdakwa ini, Coulibaly tidak akan bisa beraksi," kata Patrick Klugman, pengacara para korban di Hyper Cacher
Sementara Safya Akorri, pengacara untuk para terdakwa, mengatakan bahwa dalam persidangan ini sistem peradilan Prancis juga akan diuji.