Suara.com - Pengamat militer dari Universitas Padjajaran, Muradi, menilai pemberian hukuman pemecatan terhadap anggota TNI yang melakukan pengerusakan dan penyerangan Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur, tak cukup memberikan efek jera. Menurutnya perlu ada langkah-langkah luar biasa.
"Menghukum pecat saja enggak cukup. Perlu pembinaan yang luar biasa," kata Muradi kelada Suara.com, Selasa (1/9/2020).
Muradi menilai, saat ini residu negatif dalam tubuh prajurit TNI masih sangat tinggi.
Ada tiga aspek setidaknya yang bisa menimbulkan gesekan antara dua institusi tersebut. Pertama, aspek ekonomi di luar gaji, kemudian aspek politik, dan ketiga aspek jaringan.
Baca Juga: TNI Perusak Polsek Ciracas Diminta Ganti Rugi, Total Kerugian Masih Didata
"Saya kira 3 itu yang membuat mereka kemudian begitu ada masalah langsung meletus," ungkapnya.
Selain itu, Muradi juga bicara soal adanya dugaan pembiaraan sehingga akhirnya terjadi aksi penyerangan dan pengerusakan yang terjadi secara brutal tersebut.
"Prinsipnya gini tidak ada prajurit yang salah gitu. Adanya komandan yang tidak becus jadi prajurit itu, ya ada yang salah dengan komandannya," ungkapnya.
"Pertama ada pembiaran, kedua memang pembinaan atasan bawahan tidak efektif tidak terjadi dengan baik itu perlu kemudian dibenhi kalau memang mereka kecolongan ya," sambungnya.
Sementara itu sebelumnya, Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES), Khairul Fahmi ikut menanggapi perihal aksi penyerangan dan perusakan terhadap Polsek Ciracas, Jakarta Timur yang diduga dilakukan sekelompok anggota TNI.
Baca Juga: Kasus Polsek Ciracas Diserbu Buktikan TNI-Polri Cuma Akur di Level Atas
Dia mengingatkan kepada pimpinan TNI dan Polri mengatasi aksi penyerangan tersebut melalui foto bersama saja tidak bakal menyelesaikan masalah.
Fahmi mengatakan kejadian tersebut bakal terus berulang apabila tidak ada tindakan serius dari para pimpinan TNI maupun Polri. Apalagi apabila pimpinan TNI dan Polri berusaha berfoto bersama dengan tema menunjukkan kekompakan, menurutnya tidak akan menuntaskan masalah.
"Kalau persoalan macam ini cuma diselesaikan lewat aksi foto dan pidato yang bertema sinergitas dan kekompakan, mana bisa diharapkan dapat menuntaskan masalah dan akhirnya ya kejadian macam ini akan berulang terus," kata Fahmi saat dihubungi, Senin (31/8/2020).
Kemudian Fahmi juga menganggap kalau dua institusi tersebut memang mencetak anggota yang bermental juara sejak awal.
Oleh karena itu, kesalahan atau kekalahan dinilai sebagai sesuatu yang memalukan bagi para anggotanya.
12 Prajurit ditahan
Sebanyak 12 oknum anggota TNI AD yang diduga terlibat dalam serangkaian penyerangan Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur ditahan. Selain itu, sebanyak 31 anggota dari berbagai kesatuan telah diperiksa.
Andika mengatakan 12 anggotanya itu ditahan di sel Polisi Militer Kodam Jaya (Pomdam Jaya), Guntur, Jakarta Selatan.
"12 orang ini adalah prajurit TNI AD. Tetapi ada 19 orang lagi yang sudah ada indikasi (terlibat) dan saat ini sudah dalam proses pemanggilan," ujar Andika.
Andika juga mengklaim jika pihaknya akan terus mengusut tuntas oknum-oknum anggota TNI lainnya yang turut terlibat dalam aksi tak bertanggung jawab tersebut. Pasalnya, dia meyakini, masih banyak oknum lain yang terlibat.
Sebar hoaks
Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman sebelumnya telah menceritakan ihwal kronologis ratusan orang diduga oknum anggota TNI melakukan penyerangan kepada warga sipil dan Kantor Mapolsek Ciracas. Penyerangan tersebut berawal dari kebohongan yang disampaikan oleh anggota Ditkumad TNI Prada M Ilham.
Dudung mengungkapan, mulanya Prada Ilham mengalami kecelakaan tunggal. Namun entah bagaimana mulanya, insiden itu malah disebut sebagai pengeroyokkan.
Kemudian Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 0505 Jakarta Timur, intel serta perwakilan dari polres hadir di tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengklarifikasi kejadian yang sesungguhnya.
Klarifikasi tersebut pun diperkuat dengan kesaksian sembilan orang yang berada di TKP. Semua saksi menyebut, jika Ilham benar mengalami kecelakaan tunggal.
Kemudian olah TKP pun kembali dilanjutkan. Namun sekitar pukul 23.00 WIB, tiba-tiba ada orang tidak dikenal mendatangi dan langsung menyampaikan kalau mereka tidak terima kawannya, Ilham dikeroyok.
Dandim, disebutkan Dudung sudah menjelaskan jika Ilham bukan dikeroyok, tetapi mengalami kecelakaan tunggal.
"Padahal kejadian tersebut sudah kita amankan melalui Dandim diberikan pengarahan bahwa kejadian tersebut yang sebenarnya adalah kecelakaan tunggal," kata Dudung dalam sesi wawancara bersama stasiun televisi, Sabtu (29/8/2020).
"Namun mereka tidak mengindahkan dan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut," tambahnya.
Kelompok tersebut pun langsung ngacir ke arah Polsek Pasar Rebo untuk melakukan perusakan dan dilanjut ke Mapolsek Ciracas.