Patut Ditiru! Influencer Thailand Justru Dukung Aksi Mahasiswa dan Rakyat

Senin, 31 Agustus 2020 | 13:20 WIB
Patut Ditiru! Influencer Thailand Justru Dukung Aksi Mahasiswa dan Rakyat
Demonstrasi di Thailand. (BBC Indonesia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kabar para influencer dibayar oleh pemerintah Indonesia untuk menyampaikan pesan tertentu tengah ramai dan jadi perbincangan. Namun di Thailand, peristiwa sebaliknya justru terjadi.

Menyadur Asia One, Senin (31/8/2020), para influencer asal Negeri Gajah Putih dikabarkan terang-terangan mendukung gerakan pro-demokrasi yang diusung mahasiswa dan masyarakat.

Dari mulai rapper, penyanyi idol grup, hingga sutradara film, ramai-ramai memberi dukungan pada aksi protes terbesar di Thailand sejak 2014.

Akis pro-demokrasi yang diikuti puluhan ribu orang itu menyerukan pembubaran parlemen, konstitusi baru yang akan dibuat, mengakhiri kriminalisasi aktivis serta reformasi monarki.

Baca Juga: Berotot dan Awet Muda, Nenek 74 Tahun Ini Jadi Influencer Kebugaran

Dechathorn “Hockey” Bamrungmuang, rapper terkenal asal Thailand baru-baru ini ditangkap polisi karena tampil di salah satu acara unjuk rasa pelajar Thailand pada 16 Agustus.

Dia menjadi satu dari delapan aktivis yang ditangkap pada 20 Agustus lalu. Enam lainnya ditangkap pada hari-hari sebelumnya.

Artis hip-hop, yang kini telah dibebaskan dengan jaminan mengatakan bahwa dia dan kelompoknya, RAD, menggunakan musik untuk membangkitkan semangat orang-orang akan perubahan.

“Kami ingin berbicara untuk generasi baru dan kami ingin orang-orang bangkit dan membuat perubahan," kata Hockey.

Di Twitter, aktivis muda Thailand selama sebulan terakhir mendesak selebriti dengan basis penggemar yang besar untuk menggunakan pengaruhnya untuk mendukung demonstrasi.

Baca Juga: Asyik, Mulai Oktober Sudah Bisa Liburan ke Phuket

Kampanye tersebut telah membuat beberapa artis atau influencer akhirnya menyampaikan sikap politik, dimana sebagian besar mendukung gerakan pro-demokrasi.

Beberapa anggota idol grup wanita, Thailand BNK48, yang anggotanya berusia akhir belasan hingga awal 20-an turut menyampaikan dukungannya.

“Mendengarkan orang-orang yang memiliki pendapat berbeda adalah dasar hidup bersama dalam masyarakat,” kata Music, salah satu anggota BNK48 lewat Facebook.

"Tidak ada yang harus dilecehkan karena berpikir secara berbeda.”

Faii, anggota BNK48 lainnya, juga mendukung kampanye mengumpulkan 50.000 tanda tangan untuk petisi agar konstitusi diubah.

Bintang pop Chaiamorn "Ammy" Kaewwiboonpan juga sering mengunjungi demonstrasi di Bangkok dan provinsi lain, baik sebagai artis maupun peserta.

Dia terlihat berdiri di antara anak muda, dengan topi gatsby khas dan kacamata hitam, mengambil gambar dan mendengarkan pidato siswa.

“Saya merasakan energi yang murni ketika saya menghadiri protes mahasiswa dan saya sangat terkesan dengan mereka,” kata Ammy.

“Saya ingin berdiri di samping para siswa dalam perjuangan mereka.”

Miss Universe Thailand Maria Poonlertlarp juga terlihat pada rapat umum 16 Agustus di Monumen Demokrasi di Bangkok. Dia sering memposting pandangan kuat tentang politik di halaman Instagram-nya.

“Apakah Anda mendengar orang-orang bernyanyi? #Freepeople @ #DemocracyMonument," tulis Maria lewat Instagram.

Aksi influencer mendukung gerakan pro-demokrasi dilaporkan Asia One sangat berpengaruh, terutama perihal menekan pihak-pihak yang bertentangan.

Beberapa pengunjuk rasa menyerukan boikot bisnis yang mensponsori saluran media pro-pemerintah, dengan pemilik waralaba Burger King di Thailand pada Rabu menjadi perusahaan terbaru yang tunduk pada tekanan.

"Perusahaan menerima pandangan pelanggannya dan akan mempertimbangkan penggunaan media yang tepat, dengan segera," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Kritik terhadap kelompok media dengan kecenderungan pro-pemerintah juga membuat satu pembawa acara yang blak-blakan menghina gerakan mahasiswa terkena batunya.

Ornapha “Ma” Krisadee, seorang pembawa acara terkenal di Thailand, dipecat Polyplus Entertainment, karena sikapnya yang pro-pemerintah.

Perusahaan khawatir mendapat reaksi keras dari sponsor acara televisi apabila tetap memertahankan dirinya sebagai host yang diketahui kerap menghina aksi mahasiswa.

Sutradara film Thailand, Chookiat Sakveerakul juga mengungkapkan pemikirannya dalam postingan baru-baru ini di Facebook.

Postingan Chookiat dikatakan sebagai cerminan dari ketegangan yang berbeda --antar generasi, kepentingan bisnis, dan ideologi--yang dibawa oleh aksi unjuk rasa mahasiswa dalam beberapa bulan terakhir.

“Ketika generasi yang Anda abaikan menjadi konsumen utama… jika aktor senior bertindak tidak hormat, mereka hanya akan menjadi bahan tertawaan," kata

"Anda tidak bisa memaksa anak-anak untuk mendengarkan Anda," tulisnya pada hari Selasa.

Sombat Bunngam-anong, seorang aktivis politik, mengatakan bahwa sebagai influencer, sikap mendukung kaum muda, turut berdampak positif pada para tokoh hiburan ini. Mereka jadi dapat dukungan.

Sombat berharap dukungan para influencer dan pegiat hiburan terhadap gerakan pro-demokrasi bisa terus bertambah.

Apalagi, aktivis muda dan mahasiswa bersumpah akan kembali menggelar protes pada 19 September apabila tuntutan mereka tidak terpenuhi.

“Seniman yang mendukung mahasiswa seangkatan dengan mahasiswa, itulah sebabnya mereka memiliki sentimen yang sama,” kata Sombat.

"Jika situasinya tidak diselesaikan dengan cara tertentu, kami dapat melihat lebih banyak artis keluar untuk mendukung siswa di masa mendatang karena mereka harus berdiri di samping penonton."

Kondisi yang terjadi di Thailand berbeda dengan apa yang berlangsung di Indonesia.

Sebelumnya, beberapa influencer seperti Gofar Hilman, penyanyi Ardhito Pramono, telah mengaku mereka terlibat secara tak sengaja dalam agenda mendukung Omnibus Law, khususnya RUU Cipta Kerja.

Omnibus Law yang tengah dibahas oleh DPR RI mendapat banyak kecaman, mulai mahasiswa hingga aktivis karena poin-poinnya yang dinilai merugikan masyarakat dan lingkungan.

Demonstrasi juga telah dilakukan untuk menggagalkan Omnibus Law. Pada 16 Juli lalu, Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) bersama PP Muhammadiyah dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menggelar aksi demonstrasi besar-besaran pada Kamis, 16 Juli 2020 di depan gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan.

Aksi itu ditujukan untuk menolak pembahasan Omnibus Law-RUU Cipta Kerja. Gebrak merupakan aliansi serikat buruh dengan organisasi masyarakat sipil.

Sementara pada 25 Agustus lalu, gabungan mahasiswa dari berbagai universitas juga menggelar aksi demonstrasi menolak omnibus law Cipta Kerja di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (25/8/2020).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI