Menyusuri Keunikan Masjid Suro di Kota Palembang

Chandra Iswinarno Suara.Com
Minggu, 30 Agustus 2020 | 04:55 WIB
Menyusuri Keunikan Masjid Suro di Kota Palembang
Masjid Al-Mahmudiyah atau Masjid Suro di Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Kota Palembang, Sabtu (29/8/2020). [Suara.com/Rio]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kota Palembang tak hanya cuma terkenal akan kuliner khasnya, Pempek. Tapi, kota yang terkenal dengan ikon Jembatan Ampera tersebut juga memiliki destinasi masjid tua.

Bila Anda sempat berkunjung ke Kota Pempek, Anda bisa mengunjungi salah satu masjid tua yang memiliki keunikan dan bersejarah.

Masjid itu bernama Al-Mahmudiyah atau dikenal Masjid Suro. Lokasinya berada di Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Kota Palembang.

Masjid Suro sendiri diketahui telah berusia lebih dari satu abad. Kekinian, kondisinya pun masih berdiri kokoh dengan bentuknya yang masih lestari serupa seperti awal dibangun.

Baca Juga: Menilik Tradisi Bubur Suro di Palembang, Sedekah Masjid Suro Saat Asyura

Uniknya di masjid tersebut juga ada satu bagian bangunan yang masih dijaga kelestariannya hingga kini, yakni kolam tempat berwudu yang terletak di samping masjid tersebut.

“Kondisi masih asli dan kolam wudu di sini masih dilestarikan. Meski kita sudah pasang pancoran buat wudu, warga banyak memilih tetap menggunakan kolam di sini,” ujar Sekretaris Masjid Suro Muhammad Irsan di Palembang pada Sabtu (29/8/2020).

Bahkan, warga setempat mempercayai jika air di dalam kolam, yang dibangun pada tahun 1893 oleh Ulama Besar Palembang KH Abdurrahman Delamat, mampu menyembuhkan berbagi penyakit.

Tak hanya itu, Masjid Suro ini juga masih memiliki bangunan yang kokoh. Kekokohannya terlihat dari bagian atapnya yang berundak-undak (bertingkat) dan bagian menaranya.

Selain itu, masjid tersebut juga memiliki 16 tiang. Itu terdiri dari empat tiang Sokoguru dan 12 tiang penopang yang sejauh ini belum diganti. Diketahui kayu yang digunakan padahal hanya kayu kelas tiga.

Baca Juga: Upacara Kemerdekaan RI ke-75 di Atap Masjid Raya Bandung

“Karena atas doa KH Abdurrahman Delamat berubah menjadi kayu kelas satu. Ya, Kayu Unglen,” ucap dia.

Tak hanya itu, tiang penyangga dari kayu berbentuk bulat tinggi, serta mimbar yang digunakan untuk khotbah di Masjid Suro masih tetap asli hinga saat ini.

Ya, mimbar tersebut menggambarkan betapa sangat gigihnya ulama menyiarkan Agama Islam.

“Di tempat itu (mimbar) terdapat peti, tempat penyimpanan senjata saat melawan Belanda, sebelum beliau diasingkan,” ungkap dia.

Semua itu mulai dari penyangga, kolam tempat berwudhu hingga mimbar menjadi saksi sejarah Masjid Suro tersebut.

Kontributor : Rio Adi Pratama

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI