Suara.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan tips bagi para kandidat Kepala Daerah yang mencalonkan diri dalam Pilkada 2020 agar tetap berhasil meski pesta demokrasi terhalang pandemi.
Ganjar menyarankan agar para kandidat menguatkan citra mereka lewat sosial media.
Politisi dari partai PDIP itu menyataan bahwa pencitraan bukan hal yang buruk bagi para Calon Kepala Daerah untuk meraup massa.
"Buat kawan-kawan yang sudah bermedsos ria itu pasti one step ahead, tinggal main citra-citra aja. Boleh saja. Main citra itu enggak jelek kok. Pencitraan itu enggak jelek," kata Ganjar dalam webinar Suara.com dengan tema 'Strategi Kampanye Pilkada 2020 di Tengah Pandemi', Jumat (28/8/2020).
Namun, Ganjar juga mengingatkan bahwa sekuat apapun citra yang akan dibentuk oleh para kandidat Kepala Daerah, hanya masyarakat yang bisa menentukan pilihan mereka.
Baca Juga: Dilema Kampanye, Saraswati: Jaga Jarak, Tidak Salaman Dibilang Sombong
"Tinggal nanti orang pakai perasaan, ini masuk selera saya atau tidak, gitu ya," Ganjar mengingatkan.
Lebih lanjut, Gubernur Jawa Tengah dua periode ini juga menjelaskan bahwa pandemi akan mengubah sejumlah mekanisme kampanye.
Ia tak menampik jika kerumunan massa akan dibatasi selama masa kampanye Pilkada yang akan diselenggarakan pada 9 Desember 2020 mendatang.
"Kira-kira besok Pilkadanya kayak apa? ekonomi enggak ya? Ekonomi macem-macem. Mungkin kaosnya kurang, mungkin baginya besok masker jadi kalau ada bantuan kemendagri sih bagus aja ya, pasti bagi maskernya banyak-banyak ya. Sembako boleh dikurangi karena yang bagi sembako udah banyak," jelas Ganjar yang kemudian menyentil Bawaslu agar memperketat semua pengawasan Pilkada.
Selain bentuk suvenir kampanye, Ganjar juga menyarankan agar indeks bantuan juga boleh dinaikkan.
Baca Juga: Girang Boleh Buka Lagi, Pengusaha Bioskop: Imun Meningkat, Warga Bahagia
"Mungkin baik juga di tengah pandemi itu angka indeks nya dinaikin enggak apa-apa, jadi dlu 50 ribu jadi 100 ribu. Tapi itu dimaknai tidak sebagai money politics, (melainkan) dimaknai sebagai satu tools untuk mereka bisa berkomunikasi, atau tool untuk membantu, maka kan ekonomi tumbuh," ungkap Gubernur 51 tahun tersebut.
Opsi e-voting
Selain penerapan protokol kesehatan yang diperketat saat pelaksanaan Pilkada 2020, Ganjar juga berharap agar Indonesia bisa menggunakan sistem e-voting, atau pemungutan suara secara elektronik
"Sebenarnya saya memimpikan e-voting, meskipun banyak orang tidak trust (percaya)," lanjut Ganjar.
Ia mengaku bahwa opsi e-voting bisa menimbulkan perdebatan dari soal data pemilih maupun fasilitas. Terlebih setelah melihat sistem e-voting di Amerika yang tidak berjalan lancar.
"Padahal kalau hal itu bisa dilakukan, protokolnya paling semprna. Debatnya virtual, kampanye virtual, nyoblosnya pakai e-vote. Itu menarik," kata Ganjar antusias.
Namun, ia tetap menyerahkan peraturan dan pelaksanaan Pilkada 2020 kepada KPU dan Bawaslu.
Ganjar memaparkan bahwa saat ini Jawa Tengah sudah mempersiapkan pelaksanaan Pilkada 2020 dengan matang sejak jauh-jauh hari.
Selain telah menyiapkan mitigasi, Ganjar mengaku pihaknya sudah mulai mengubah paradigma pesta demokrasi agar sebisa mungkin tidak menimbulkan kerumunan warga.
"Kita mah biasa-biasa aja mau Pilkada. Sebenarnya kalau kita mau main ya main aja, enggaka da yang spesial buat saya. Hanya sekarang paradigma kita yang diubah saja. Kalau dulu kampanye kita harus ke pasar, ramai-ramai, sekarang pasti dibatasi," kata Ganjar.