Dia ingat bagaimana dokternya, yang kebetulan bernama Dr. Cox, menyampaikan diagnosis yang sulit, mengatakan kepadanya bahwa "penisnya akan hilang."
"Semuanya berputar. “Itu adalah momen terburuk dalam hidup saya," kata Stamp kepada Mirror.
Dia kemudian mencari opini kedua di Rumah Sakit St George di London, rumah bagi ahli onkologi penis terkemuka di Eropa. Rasa sakit, katanya kepada dokter, telah meningkat seiring waktu.
Dr. Cox, yang juga muncul di film dokumenter baru itu, secara resmi turut menyampaikan kabar bahwa kemaluannya memang harus diamputasi.
"Aku benar-benar marah karena membiarkannya sampai sejauh itu. Saya merasa sangat bodoh. Saya bisa menendang diri saya sendiri, karena saya bisa menyelamatkannya," klaimnya.
Saat operasi untuk mengangkat penisnya semakin dekat, Stamp sangat merasa ketakutan. Dia bahkan berpikir untuk kabur dari ruamh sakit.
"Saya ingat sebelum operasi, berpikir, 'Saya akan melarikan diri," kata Stamp.
“Lalu realisasinya ke mana saya akan lari? Jika saya tidak melakukan ini, saya akan mati. Mungkin kedengarannya gila jika Anda bukan laki-laki, tapi hidup tanpa penis membuat Anda mempertanyakan siapa Anda."
Setelah operasi dan perpisahannya dari mantan istrinya, Angie, Stamp berhasil mengembangkan kehidupan seks dengan wanita lain, meski menantang.
Baca Juga: Keren, Anak Tukang Bakso Ini Jadi Perwira TNI Pertama yang Lulus RCDS
"Saya harus mencari tahu bagaimana melakukannya dengan pasangan, bagaimana berbagi tubuh baru saya dengan seseorang. Tapi beberapa wanita tidak keberatan," jelas Stamp.