Suara.com - Richard Stamp, pria asal London, tak pernah menyangka bakal menjalani hidup tanpa kemaluan di usia 54 tahun. Kini orang Inggris itu tengah "berbelanja penis baru".
Menyadur New York Post, Jumat (28/7/2020), Stamp didiagnosa menderita kanker penis setelah ditemukan benjolan pada 2018. Rasa sakit yang tak tertahankan membuat kemaluannya itu harus diamputasi.
Pria yang jadi bintang dalam film dokumenter berjudul "Shopping For a New Penis" di Channel 5 Inggris itu kini tengah dalam pencarian mencari kemaluan baru.
Perjalanan tersebut, katanya, telah menunjukkan kepadanya apa yang ditawarkan dunia, dari prostetik tiup hingga regenerasi sel induk.
Baca Juga: Keren, Anak Tukang Bakso Ini Jadi Perwira TNI Pertama yang Lulus RCDS
“Sungguh hal yang tabu untuk dibicarakan dan dialami, dan ketika saya tahu saya menderita kanker penis, saya tidak menyangka itu ada,” kata Stamp.
Setelah berkeliling dunia untuk bertemu dengan ahli bedah dan mendiskusikan kemungkinannya, Stamp sekarang membuat rencana untuk rekonstruksi penis penuh, atau phalloplasty, pada Februari tahun depan.
Operasi akan melibatkan pencangkokan dari lengan dan bokong untuk membuat kulit di atas implan, yang dilengkapi dengan pompa yang dapat memberikan ereksi sesuai permintaan.
Proses cangkok penis tersebut akan diperkirakan bakal membutuhkan sekitar tiga kali operasi dan memakan waktu kurang lebih 13 jam.
Sebelum sampai ke tahap saat ini, Stamp mengaku tak bisa menerima kenyataan yang menimpanya. Dia tak bisa membayangkan hidup sebagai laki-laki tanpa kemaluan.
Baca Juga: Kebun Binatang London Alami Krisis, David Attenborough Galang Donasi
Setelah menemukan benjolan dan rasa sakit yang memuncak saat bepergian di Kamboja, Stamp menunggu dua bulan sebelum menemui dokter di Adelaide, Australia.
Dia ingat bagaimana dokternya, yang kebetulan bernama Dr. Cox, menyampaikan diagnosis yang sulit, mengatakan kepadanya bahwa "penisnya akan hilang."
"Semuanya berputar. “Itu adalah momen terburuk dalam hidup saya," kata Stamp kepada Mirror.
Dia kemudian mencari opini kedua di Rumah Sakit St George di London, rumah bagi ahli onkologi penis terkemuka di Eropa. Rasa sakit, katanya kepada dokter, telah meningkat seiring waktu.
Dr. Cox, yang juga muncul di film dokumenter baru itu, secara resmi turut menyampaikan kabar bahwa kemaluannya memang harus diamputasi.
"Aku benar-benar marah karena membiarkannya sampai sejauh itu. Saya merasa sangat bodoh. Saya bisa menendang diri saya sendiri, karena saya bisa menyelamatkannya," klaimnya.
Saat operasi untuk mengangkat penisnya semakin dekat, Stamp sangat merasa ketakutan. Dia bahkan berpikir untuk kabur dari ruamh sakit.
"Saya ingat sebelum operasi, berpikir, 'Saya akan melarikan diri," kata Stamp.
“Lalu realisasinya ke mana saya akan lari? Jika saya tidak melakukan ini, saya akan mati. Mungkin kedengarannya gila jika Anda bukan laki-laki, tapi hidup tanpa penis membuat Anda mempertanyakan siapa Anda."
Setelah operasi dan perpisahannya dari mantan istrinya, Angie, Stamp berhasil mengembangkan kehidupan seks dengan wanita lain, meski menantang.
"Saya harus mencari tahu bagaimana melakukannya dengan pasangan, bagaimana berbagi tubuh baru saya dengan seseorang. Tapi beberapa wanita tidak keberatan," jelas Stamp.
Stamp, sekarang menjadi pembicara motivasi untuk organisasi amal pria yang berbasis di Inggris, Orchid.
Dia berharap kisahnya akan memberdayakan pria yang merasa malu atau takut untuk diam, dan mendidik mereka yang tidak sadar akan penyakit tersebut.
"Jika ada sesuatu, periksalah. Jika Anda punya pacar, apa pun, semoga Anda bisa berbicara dengan mereka. Jika Anda sendirian, bicaralah dengan teman," kata Stamp.
"Hal utama adalah Anda harus berbicara dengan seseorang. Jangan menancapkan kepalamu ke pasir seperti yang aku lakukan."