Suara.com - Pengunjuk rasa yang terdiri dari suku Kayapo Mekranoti akhirnya membuka blokade jalan raya utama di Amazon, Brasil, setelah menggelar protes sejak 17 Agustus lalu.
Menyadur Deccan Herald, pembukaan jalan itu dilakukan anggota suku Amazon pada Kamis (27/8/2020) setelah hakim memerintahkan pemerintah untuk menanggapi protes terebut.
Menggunakan hiasan kepala bulu tadisional, mengacungkan busur dan anak panah, para pengunjuk rasa menyebut bakal membuka blokade selama 10 hari.
Kendati telah membuka akses jalan raya, anggota kelompok etnis Kayapo Mekranoti ini menegaskan bakal tetap menagih janji bantuan dari pemerintah.
Baca Juga: Presiden Jair Bolsonaro Akhirnya Dinyatakan Bebas Covid-19
Penangguhan protes selama 10 hari dilakukan untuk memberi waktu kepada kantor urusan adat pemerintah, FUNAI, dan Departemen Infrastruktur dan Transportasi Nasional (DNIT) waktu untuk menanggapi tuntutan mereka.
"Hakim memberi waktu 10 hari kepada FUNAI dan DNIT untuk (menanggapi). Jika tidak, mereka harus membayar denda 10.000 real (sekitar $ 1.800) sehari," kata salah satu pemimpin protes, Mudjere Kayapo.
"Jika harus, kami akan kembali dan menutup jalan raya lagi," tambahnya.
Hakim federal Sandra Maria Correia da Silva telah memerintahkan para pengunjuk rasa untuk mengakhiri pemblokiran jalan, dengan alasan kerusakan ekonomi di kawasan itu.
Pada awalnya, para demonstran berjanji bakal mengabaikan permintaan tersebut, namun mereka memutuskan untuk mengajukan kasus ini ke pengadilan.
Baca Juga: Setelah 4 Kali Tes, Presiden Brasil Jair Bolsonaro Negatif Covid-19
Suku Kayapo Mekranoti menuntut pemerintah sayap kanan Presiden Jair Bolsonaro untuk mengeluarkan dana yang mereka katakan sebagai hutang atas kerusakan lingkungan yang disebabkan jalan raya ke tanah mereka.
Mereka juga ingin membantu memerangi penambangan ilegal, penggundulan hutan, dan virus korona baru, yang telah melanda terutama di kalangan masyarakat adat di wilayah tersebut.
Suku Kayapo Mekranoti mengancam akan kembali dengan protes yang lebih besar apabila tuntutan yang mereka suarakan tidak mendapat tanggapan dari pemerintah, kata Luis Carlos Sampaio, dari Institut Kabu, sebuah kelompok hak adat.
"Kami akan melihat bagaimana pihak berwenang bereaksi," kata Luis Carlos.
Suku Mekranoti Kayapo sebelumnya menutup jalan raya BR-163 dengan membawa busur dan anak panah.
Mereka menutup akses jalan yang merupakan arteri utama yang digunakan untuk mengirim jagung dan kedelai, dua ekspor utama Brasil.
Jalur itu juga menghubungkan jantung pertanian di bagian barat-tengah Brasil dengan pelabuhan.