Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung menduga pemerintah sudah kehabisan akal untuk meyakinkan masyarakat soal penanganan Covid-19. Rocky menilai pemerintah sudah kehilangan berbagai jurus untuk meyakinkan masyarakat soal Covid-19 sehingga dia menyindir pemerintah bakal mengeluarkan jurus mabuk.
Rocky mencermati hasil survei Saiful Mujani Research Consulting soal kondisi demokrasi di masa Covid-19. Survei yang dirilis 22 Agustus 2020 itu menemukan 65 persen warga merasa puas dengan kinerja Presiden Jokowi, namun di sisi lain 80 persen responden khawatir kondisi ekonomi buruk.
Temuan persentase yang paradoks ini menurut Rocky Gerung mencurigai ada apa di balik temuan itu. Apalagi kata dia, survei yang pada 12-15 Agustus 2020 dan dirilis pada 22 Agustus itu, muncul setelah influencer bergerak mengamplifikasi kinerja dan pencapaian pemerintah.
Rocky Gerung menduga survei dari SMRC itu mengamplifikasi apa yang telah dilakukan para influencer. Untuk itu dia menduga survei SMRC ini dirilis untuk membatalkan keyakinan publik bahwa Indonesia buruk dalam penanganan Covid-19.
Menurut penelusurannya, survei SMRC itu sebagai respons atas setelah Indonesia Corruption Watch membongkar skandal penggunaan anggaran Rp90 miliar lebih untuk influencer memoles citra pemerintah.
Melihat sekuens waktu rilis survei SMRC ini, Rocky yakin riset itu adalah untuk membalikkan opini publik yang miring terhadap kerja pemerintah dalam penanganan Covid-19. Dia mengatakan survei itu bekerja setelah opini publik dipengaruhi konten para influencer.
Rocky mengibaratkan sekuens influencer yang disusul survei itu dengan mirip praktik sapi gelonggongan.
“Ya seperti sapi kurus digelontorkan air baru ditimbang, baru gede. Dengan kata lain, ini sudah dibeli suara publik itu. Ini survei yang basisnya calo sapi, nipu konsumen,” kata dalam wawancara dengan Hersubeno Arief dalam youtube Rocky Gerung Official dikutip Kamis, 27 Agustus 2020.
Dia mengkritik SMRC soal temuan paradoks, 65 persen masyarakat puas kinerja Jokowi tapi kok 80 persen khawatir ekonomi memburuk.
Baca Juga: Canggih, Peneliti Kembangkan Tes Covid-19 Pakai Sidik Jari
“Mestinya SMRC jelaskan mengapa 65 persen puas kenapa ada mayoritas yang menganggap ekonomi buruk. Tugasnya SMRC terangkan itu. Ya kalaupun jawabnnya kan kami cuma menjalankan survei, mestinya disclaimer dong. Bahwa kami bekerja setelah influencer bekerja,” ujar tokoh oposisi tersebut dalam laporan Hops.id, media jaringan Suara.com.