Suara.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara yang juga Ketua Komite Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Erick Tohir, mengatakan pemerintah menyiapkan dua jenis vaksin corona.
Pertama, vaksin covid-19 yang bersifat gratis. Vaksin corona gratis itu untuk masyarakat miskin berdasarkan data BPJS Kesehatan.
Selain vaksin gratis, lanjut Erick, pemerintah juga menyediakan vaksin covid-19 berbayar untuk orang kaya atau mampu secara perekonomian.
"Usulan program vaksin ada dua, vaksin bantuan pemerintah, di mana melalui budget APBN dan data BPJS Kesehatan, nanti ada istilahnya vaksin gratis. Itu diharapkan ada awal tahun depan," kata Erick dalam paparannya saat rapat di Komisi IX DPR, Kamis (27/8/2020).
Baca Juga: Asosiasi Medis Minta Pemerintah AS Transparan Soal Vaksin Covid-19
Erick menjelaskan, vaksin corona untuk orang mampu akan dipungut bayaran, agar mengurangi beban APBN.
"Anggaran terus melebar, pemasukan negara juga rentan, kami mengusulkan bila memungkinan untuk masyarakat bisa membayar vaksin mandiri. Itu untuk yang mampu," ujar Erick.
"Jadi yang terdata di BPJS Kesehatan tapi dengan tingkat daya beli tertentu, harus mandiri. Ini upaya untuk menekan cashflow pemerintah," sambungnya.
Sebelumnya, Erick mengatakan vaksin covid-19 yang kini dikembangkan antara perusahaan asal Indonesia dengan sejumlah perusahaan luar negeri, memiliki sistem vaksinasi dua kali.
Sistem vaksinasi dua kali itu dilakukan baik untuk yang hasil kerja sama dengan Sinovac maupun PT Kimia Farma - G42 Healthcare Holdings asal Uni Emirat Arab (UEA).
Baca Juga: Sri Mulyani Berharap Vaksin Corona Segera Ditemukan Demi Ekonomi Bangsa
"Baik Sinovac dan G-42 konsep vaksinasinya adalah dua kali. Kapasitas dari UEA ada 220 juta. Tapi komitmen hari ini untuk 2020 adalah 10 juta vaksin. Tahun 2021 ada 50 juta vaksin," kata dia.
"Jadi kalau diakumulasi dari kerja sama UEA maupun China, kita akan mendapatkan 30 juta vaksin di 2020," kata Erick.
Erick mengatakan, dengan konsep dua kali vaksinasi maka otomatis satu orang membutuhkan dua dosis vaksin.
Dengan begitu, dari jumlah vaksin yang tersedia 30 juta dibagi menjadi dua, maka total jumlah orang yang divaksinasi tahun ini hanya 15 juta orang.
Ia sekaligus menekankan bahwa vaksin yang dikembangkan itu tidak bersifat selamanya.
Vaksin yang disuntikan hanya bertahan dalam jangka waktu tertentu, sehingga vaksinan perlu dilakukan kembali secara berkala.
"Untuk tahun 2021 sendiri, total komitmen ini kita masih merancang ada yang 290 juta sampai 340 juta. Kami tekankan ada dua kali dosis penyuntikan dengan jeda dua minggu. Sebagai catatan vaksin untuk Covid-19 yang ditemukan hari ini jangkanya masih 6 bulan sampai 2 tahun. Jadi bukan vaksin yang disuntik selamanya."
Erick berujar, dari hasil konfirmasi terakhir dengan pihak terkait, diketahui vaksin Covid-19 itu dapat disuntikan kepada remaja hingga dewasa usia 18 - 59 tahun.
"Tapi usia di atas 59 sudah bisa menerima vaksin dan sekarang terus dikembangkan vaksin untuk 18 tahun ke bawah termasuk anak-anak. Ini masih ada prosesnya," kata Erick.