Suara.com - Yulianto, si jagal sadis dari Dukuh Kragilan, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, diduga mempunyai ilmu kejawen atau linuwih.
Setidaknya itu kesan yang dirasakan mantan penasihat hukumnya, Sutarto, saat mendampingi pembantai tujuh orang itu saat persidangan tahun 2010.
“Sepertinya Yulianto punya kemampuan linuwih,” ujar dia.
Dugaan Sutarto soal ilmu linuwih yang dimiliki Yulianto muncul saat insiden kebakaran di rumah si Jagal Kartasura itu. Kala itu Yulianto mengetahui rumahnya terbakar saat dirinya berada di Rutan Kelas IA Solo. Padahal saat itu tidak ada orang yang memberi tahu kebakaran rumah itu kepada Yulianto.
Baca Juga: Satu Dekade, 2 Mayat Korban Tukang Pijat Kartasura di Jogja Tak Ditemukan
“Saat itu saya menemui Yulianto di Rutan untuk memberi tahu bahwa rumahnya terbakar. Tapi ternyata dia sudah tahu. Dia mengaku mendapat firasat rumahnya terbakar saat bermeditasi di dalam kamar tahanan Rutan Solo,” kata dia.
Kepada Sutarto, Yulianto si Jagal Kartasura mengaku mendapat gambaran rumahnya hangus terbakar. Dalam gambaran yang diperoleh Yulianto, api yang membakar rumahnya berbentuk keris.
“Dia melihat api yang membakar rumahnya berwujud keris,” kata dia dalam laporan Solopos.com, media jaringan Suara.com.
Perkelahian
Keyakinan Sutarto bahwa Yulianto mempunyai kemampuan lebih juga didasari insiden perkelahian antara kliennya dengan tahanan lama di Rutan Solo. Kendati berbadan kecil nyatanya Yulianto memenangi perkelahian tersebut.
Baca Juga: Bunuh Satu Keluarga, Henry Dikenal Baik dan Rajin Ikut Warga Kerja Bakti
Insiden itu bermula saat tahanan lama Rutan meminta Yulianto si Jagal Kartasura agar memijat tubuhnya. Tapi permintaan itu ditolak oleh Yulianto. Setelah terjadi cekcok akhirnya mereka berkelahi. Tidak disangka perkelahian itu dimenangkan oleh Yulianto.
“Karena tahanan baru, dianggap tidak atahu apa-apa, Yulianto diajak berkelahi teman sekamarnya. Dan ditandangi. Akhirnya temannya bertekuk lutut. Masalahnya sepele, Yulianto diminta untuk memijat. Tapi ditolak oleh Yulianto,” kata dia.
Setelah insiden itu Yulianto pun disegani oleh tahanan lain di ruangannya. Apalagi setelah itu para tahanan itu tahu Yulianto tersangkut kasus pembunuhan berantai dengan membantai tujuh orang. Bahkan salah satu korbannya Kopda Santoso, anggota Grup 2 Kopassus.
“Akhirnya selama beberapa bulan di Rutan Solo Yulianto diperlakukan seperti raja kecil oleh tahanan lain, di kamar selnya. Tidak ada yang berani mengganggu Yulianto. Padahal biasanya kalau tahanan baru kan seperti dipelonco,” kata Sutarto.