14 Lumba-Lumba Mati di Mauritius, Dekat Tumpahan Minyak Kapal Jepang

Kamis, 27 Agustus 2020 | 12:12 WIB
14 Lumba-Lumba Mati di Mauritius, Dekat Tumpahan Minyak Kapal Jepang
Ilustrasi lumba-lumba di laut lepas. (Pixabaywerdepate)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sedikitnya 14 lumba-lumba mati dan terdampar di pantai pulau Mauritius, tempat sebuah kapal Jepang kandas pada Juli lalu, yang menumpahkan lebih dari 1.000 ton minyak.

Menyadur ABC News, Kamis (27/8/2020), selain 14 yang mati, beberapa lumbu-lumba lain terdampar dalam keadaan sakit parah.

Ahli lingkungan setempat, Sunil Dowarkasing, peristiwa matinya belasan lumba-lumba pada Rabu (26/8) ini merupakan fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Ini hari yang mengerikan. Kami melihat lumba-lumba ini berenang ke pantai dengan kesusahan dan kemudian mati," ujar Dowarkasing.

Baca Juga: Bukan Kotak, Wujud Tempe Lumba-Lumba Ini Sukses Bikin Gemas

Mantan anggota parlemen ini menambahkan, kemungkinan besar masih banyak lumba-lumba yang mati di laut lepas.

Panorama alam Negara Mauritius. Tim Peneliti meyakini, Benua Mauritia yang hilang jutaan tahun silam berada di bawah perairan Negara Mauritius.
Panorama alam Negara Mauritius. Tim Peneliti meyakini, Benua Mauritia yang hilang jutaan tahun silam berada di bawah perairan Negara Mauritius.

Adapun pengujian akan dilakukan untuk menentukan penyebab kematian hewan mamalia cerdas yang terdampar di pantai.

"Saya pikir ada dua kemungkinan: mereka mati karena berton-ton bahan bakar yang tumpah di laut, atau mereka keracunan bahan berbahaya di haluan kapal yang tenggelam di lepas pantai," kata Dowarkasing.

"Kami khawatir tentang ini. Tumpahan minyak dan tenggelamnya haluan merusak apa yang dulunya merupakan kawasan terawat dengan baik di pulau kami," imbuhnya.

Kapal minyak MV Wakashio kandas di kawasan terumbu karang dekat pantai itmur Mauritius pada 25 Juli lalu.

Baca Juga: Lagi! 4 ABK Indonesia Diduga Disiksa di Kapal China

Akibat dihantam ombak berhari-hari, lambung kapal retak, hingga pada 6 Agustus, minyak mulai bocor ke perairan Mahebourg Lagoon, mengotori kawasan lahan basah yang dilindungi, hutan bakau, dan pulau kecil yang merupakan suaka burung dan satwa liar.

Kapal kemudian terbelah menjadi dua dan bagian haluan tenggelam ke dasar laut.

Kapten kapal dan perwira telah ditahan. Sementara sjeuah ini belum jelas diketahui penyebab tersesatnya MW Wakashio ini.

Kelompok lingkungan Greenpeace telah menyerukan penyelidikan terkait kasus tumpahan minyak dari kapal Jepang di pulau yang terletak di Samudra Hindia ini.

"Ini adalah hari yang sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan bagi orang-orang Mauritius dan keanekaragaman hayati yang ada," ujar Happy Khambule, manajer kampanye iklim dan energi senior Greenpeace Afrika.

Damapk jangka panjanf dari tumpahan minyak, sambung Khambule, kemungkinan besar akan mempengaruhi paus, penyu, burung laut, dan sebagian besar kehidupan laut di daerah tersebut.

Greenpeace Afrika dan Greenpeace Jepang bergabung dengan organisasi hak asasi manusia Mauritius, Dis Moi, dalam sebuah surat untuk pemerintah, menyerukan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar dalam penanganan krisis dan mendesak penyelidikan yang lebih luas.

"Lautan adalah bagian dari diri kita. Seluruh negara termasuk masyarakat pesisir bergantung pada kesehatannya," kata Vijay Naraidoo, wakil direktur Dis Moi, Senin (24/8).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI