Meskipun beban pokok penjualan dan beban lainnya menurun, namun hal ini tak membuat laba kotor Pertamina meningkat. Sebaliknya, laba kotor Pertamina malah merosot 55,05 persen menjadi USD 1,60 miliar.
5. Rugi Selisih Kurs
Kerugian lainnya disebabkan oleh adanya selisih kurs sebesar USD 211,83 juta yang mana jumlah tersebut meningkat hampir tiga kali lipat pada periode di tahun 2019 yang hanya mencapai selisih USD 64,59 juta.
Menurut VP Komunikasi Perusahaan Pertamina Fajriyah Usman, pihaknya menjelaskan bahwa sepanjang semester I tahun 2020, Pertamina menghadapi triple shock. Mulai dari penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dolar sehingga berdampak signifikan pada selisih kurs.
6. Penurunan Jumlah Konsumsi BBM di Dalam Negeri
Penurunan jumlah konsumsi BBM ini terjadi secara nasional. Bahkan hingga Juni 2020 jumlah konsumsi BBM di dalam negeri hanya mencapai 117 ribu kilo liter per hari atau menurun 13 persen dibandingkan periode di tahun 2019 yang mencapai 135 ribu kilo liter per hari.
Selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jumlah konsumsi BBM di beberapa kota di Indonesia menurun hingga 50-60 persen.
Meskipun mengalami kerugian, Pertamina optimis akan meraup keuntungan di akhir tahun 2020.
Nah, itulah penyebab perusahaan BUMN Pertamina rugi Rp 11 triliun.
Baca Juga: Pertamina Merugi, Roy Suryo Komentari Ahok
Kontributor : Lolita Valda Claudia