Suara.com - Perusahaan BUMN PT Pertamina (Persero) melaporkan kerugian bersih senilai USD 767,92 atau Rp 11,2 triliun pada semester I-2020. Apa penyebab Pertamina rugi Rp 11 triliun?
Kerugian tersebut berbeda dengan tahun 2019 di periode yang sama dengan laporan keuntungan bersih mencapai USD 659,96 atau Rp 9,6 trilun. Mengutip dari situs resmi Pertamina, berikut ini penyebab Pertamina rugi Rp 11 triliun.
1. Penjualan Minyak Dalam Negeri
Menurut laporan yang tertera dalam situs resmi Pertamina, dijelaskan bahwa berkurangnya laba Pertamina dikarenakan menurunnya pendapatan usaha yang sebelumnya USD 25,55 miliar kini menjadi USD 20,48 miliar.
Baca Juga: Pertamina Merugi, Roy Suryo Komentari Ahok
Penurunan pendapatan usaha ini disebabkan oleh penjualan minyak dalam negeri yakni minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produksi minyak mengalami penurunan menjadi 20,91 persen atau USD 16,56 miliar.
2. Beban Produksi dan Lifting yang Meningkat
Penyebab kedua Pertamina rugi ialah adanya peningkatan beban produksi dan lifting dari yang semula USD 2,38 miliar kini menjadi USD 2,43 miliar.
3. Beban Operasional Perusahaan Meningkat
Tak hanya beban produksi dan lifting, beban operasional perusahaan yang melonjak juga menjadi penyebab Pertamina merugi. Sebelumnya beban operasional perusahaan ialah USD 803,7 juta kini menjadi USD 960,98 juta. Namun, beban pokok penjualan dan beban langsung lainnya yang semula USD 21,98 miliar turun menjadi USD 18,87 miliar.
Baca Juga: Novel: Ahok Itu Hanya Buat Gaduh Terus, Nggak Bisa Kerja, Koar-koar Saja
4. Laba Kotor Merosot
Meskipun beban pokok penjualan dan beban lainnya menurun, namun hal ini tak membuat laba kotor Pertamina meningkat. Sebaliknya, laba kotor Pertamina malah merosot 55,05 persen menjadi USD 1,60 miliar.
5. Rugi Selisih Kurs
Kerugian lainnya disebabkan oleh adanya selisih kurs sebesar USD 211,83 juta yang mana jumlah tersebut meningkat hampir tiga kali lipat pada periode di tahun 2019 yang hanya mencapai selisih USD 64,59 juta.
Menurut VP Komunikasi Perusahaan Pertamina Fajriyah Usman, pihaknya menjelaskan bahwa sepanjang semester I tahun 2020, Pertamina menghadapi triple shock. Mulai dari penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dolar sehingga berdampak signifikan pada selisih kurs.
6. Penurunan Jumlah Konsumsi BBM di Dalam Negeri
Penurunan jumlah konsumsi BBM ini terjadi secara nasional. Bahkan hingga Juni 2020 jumlah konsumsi BBM di dalam negeri hanya mencapai 117 ribu kilo liter per hari atau menurun 13 persen dibandingkan periode di tahun 2019 yang mencapai 135 ribu kilo liter per hari.
Selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jumlah konsumsi BBM di beberapa kota di Indonesia menurun hingga 50-60 persen.
Meskipun mengalami kerugian, Pertamina optimis akan meraup keuntungan di akhir tahun 2020.
Nah, itulah penyebab perusahaan BUMN Pertamina rugi Rp 11 triliun.
Kontributor : Lolita Valda Claudia