Rocky Gerung: Bukan Kejagung yang Terbakar tapi Pasar Gelap Keadilan

Rabu, 26 Agustus 2020 | 12:53 WIB
Rocky Gerung: Bukan Kejagung yang Terbakar tapi Pasar Gelap Keadilan
Rocky Gerung berbicara soal terbakarnya gedung Kejaksaan Agung di ILC. (Youtube/IndonesiaLawyersClub)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa insiden kebakaran gedung Kejaksaan Agung adalah pertanda terbakarnya pasar gelap keadilan. Ia menyarankan agar gedung tersebut tidak perlu direnovasi supaya bisa jadi monumen buruk penegakan keadilan.

Pernyataan itu diutarakan Rocky saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club TV One, Rabu (25/8/2020).

"Sebetulnya bagi saya gedung Kejaksaan Agung tidak terbakar, yang terbakar itu adalah pasar, yaitu pasar gelap keadilan," kata Rocky.

Ia menjelaskan di dalam gedung Kejaksaan yang disebut merupakan cagar budaya itu justru menyimpan heritage lain yang bukan hanya diukur dari umur bangunan saja.

Baca Juga: Pakar Fire Safety: Kantor Pemerintahan Belum Penuhi Standar Keselamatan

"Di situ terjadi transaksi ketidakadilan, dia menyimpan heritage (warisan), yaitu justice (keadilan)," sambung Rocky.

Pengamat yang juga merupakan seorang filsuf itu mengatakan bahwa sebaiknya gedung tersebut tidak perlu diperbaiki lagi.

"Dan karena itu publik Indonesia menganggap bahwa biarkan saja gedung itu jangan diperbaiki lagi karena dia akan menjadi heritage. Orang akan kenang bahwa itulah pasar gelap keadilan," ujar pria 61 tahun tersebut.

"Jadi jangan diperbaiki itu saya usulkan jangan diperbaiki biarkan itu mangkrak seterusnya bahkan dengan jelaga yang masih menempel di dindingnya. Supaya ada pelajaran sejarah," sambung dia.

Menurutnya, terbakarnya gedung tersebut membuat kepercayaan masyarakat terhadap jawaban pemerintah berkurang.

Baca Juga: Olah TKP Kebakaran Kejagung, Polisi Amankan 15 Sampel dan CCTV

Ia menjelaskan dengan mengambil kasus soal perilisan hasil survei dari Saiful Mujani Research and Consulting atau SMRC.

Rocky menilai bahwa perilisan itu mengundang Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD karena hasil survei menunjukkan bahwa 73 persen rakyat percaya bahwa Presiden Jokowi mampu mengatasi krisis ekonomi dan krisis covid-19.

"Kenapa Mahfud MD ada di situ? Tentu diberi tahu lebih awal bahwa angkanya 73 persen. Rilis itu kemudian memperlihatkan ada upaya pemerintah untuk memoles citranya," sentil Rocky Gerung.

Ia lantas menggunakan momen kehadiran Mahfud MD dalam perilisan hasil survei bahwa pemerintah sedang menyembunyikan sebuah kasus dengan cara menaikkan citra positif terlebih dahulu.

"Kalau kita mau baca kasus ini, kita mesti baca dengan pre-teks menurunnya atau hilangnya kepercayaan publik, itu lebih berbahaya dari gedung yang terbakar, 'kan yang terbakar sebenarnya rasa keadilan publlik. Itu yang terbakar," tukas Rocky.

Menyambung fenomena tersebut, Rocky kembali menekankan bahwa insiden terbakarnya gedung Kejaksaan Agung adalah momen buruk penegakan keadilan.

"Peristiwa ini harus diingat sebagai monumen buruk dari penegakan keadilan. Kalau direnovasi, maka yang buruk itu tidak bisa lagi diingat oleh orang, karena itu biarkan gedung kejaksaan dalam keadaan yang kumal, buruk begitu, karena itu baik untuk ingatan publik," kata mantan dosen Universitas Indonesia.

"Sebetulnya, sejarah itu baik kalau kita tidak mengingat si pahlawan, tapi si pengkhianat itu," tandas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI