Suara.com - Pembatasan sosial atau lockdown akibat pandemi virus Corona memiliki impak besar terhadap sektor bisnis, tak terkecuali industri seks komersial.
Setelah tutup sejak 14 Maret sesuai kebijakan pemerintah, salah satu klub seks di London, Le Boudoir telah kembali dibuka.
Menyadur Metro, Selasa (25/8/2020), klub seks yang hanya dibuka untuk anggota terdaftar itu, dibuka kembali dengan berbagai ketentuan baru, yang sebelumnya tak pernah diterapkan.
Demi menghindari penyebaran infeksi virus Corona, Le Boudoir mengurangi kapasitas pengunjung yang datang.
Baca Juga: 20.000 Kasus Baru, Spanyol Catat Rekor Infeksi Covid-19 Terbanyak di Eropa
Pada setiap lantaninya kini dipasang selotip sebagai tanda jarak aman dari masing-masing pengunjung. Kecuali bagi yang datang bersama, mereka tak diwajibkan menjaga jarak sosial.
Le Boudoir kekinian juga menyediakan hand sanitizer dan sabun di berbagai tempat. Mereka juga mengatakan telah menyiapkan stok cairan pembersih dalam jumlah banyak.
Kendati merupakan klub seks dengan anggota terdaftar, tiap pengunjung yang datang juga diwajibkan untuk mengisi formulir.
Formulir itu akan digunakan sebagai data yang nantinya memudahkan pihak terkait untuk melacak masing-masing pengunjung apabila muncul kasus Covid-19 di tempat tersebut.
"Untuk menambah sedikit hiburan ekstra, selain erangan dan erangan, juga akan ada seorang pianis yang akan bermain mulai pukul 10 malam," tulis Metro.
Baca Juga: Selalu Curi Perhatian, Ini Tradisi Pernikahan di Keluarga Kerajaan Inggris
Bagi pengunjung yang belum siap kembali ke klub, Le Boudoir turut menyediakan layanan daring. Mereka berharap pelanggannya dapat bersenang-senang secara virtual.
Sebelum Inggris melonggarkan pembatasan sosial, industri seks di Negero Ratu Elizabeth sempat amat terpukul dengan pandemi virus Corona.
Sejak April, para pekerja seks komersial (PSK) mulai mengeluh karena tidak lagi mendapat penghasilan akibat semua layanan ditutup.
"Kami menghadapi krisis besar," kata Niki Adams dari English Collective of Prostitutes, dilansir dari The Guardian, Selasa (14/4/2020).
"Tidak ada yang mau melanggar aturan dan menempatkan diri sendiri dan orang lain dalam bahaya, tetapi mereka yang masih bekerja tidak punya pilihan lain," tambahnya.
Pada satu situs web dewasa, ada sekitar 800 pekerja seks di Inggris yang 'tersedia untuk dipesan'. Sekitar 150 pekerja di antaranya berada di London.