Suara.com - Seorang sopir taksi di Florida, Amerika Serikat, yang percaya pandemi Covid-19 adalah hoaks, kehilangan istrinya akibat virus mematikan ini.
Menyadur BBC, Selasa (25/8/2020), Brian Lee Hitchens dan istrinya, Erin, sebelumya mempercayai teori yang menyebut virus corona merupakan konspirasi, berhubungan dengan 5G dan tak lebih dari sekedar flu.
Akibatnya, pasangan ini tak menerapkan panduan pencegahan dan kesehatan seperti memakai masker guna terhindar dari virus corona.
Bahkan, setelah keduanya terinfeksi Covid-19 pada awal Mei, pasangan sumai istri ini tidak segera mencari bantuan medis.
Baca Juga: Buruh se-Indonesia Demo Besar Selasa Besok, Bandung dan Surabaya Kebagian
Berbeda dengan Brian yang pulih, Erin yang mengalami kritis karena tak segera mendapatkan perawatan medis, akhirnya meninggal dunia pada Agustus ini, akibat virus dan masalah jantung.
Brian mengatakan dia dan sang istri tidak mengikuti panduan kesehatan setelah percaya klaim palsu di internet yang menyebut virus corona merupakan hoaks.
"Kami pikir pemerintah menggunakannya untuk mengalihkan perhatian kami, atau berkaitan dengan 5G," ujar Brian.
Pria ini terus bekerja sebagai pengemudi taksi dan mengambil obat untuk istrinya tanpa mematuhi aturan jarak sosial atau memakai masker.
Selama hidup, sang istri memiliki masalah kesehatan yakni menderita asma dan gangguan tidur.
Baca Juga: Sering Dikritik Media Asing soal Corona, Jokowi Pesan Ini ke Kabinetnya
Saat jatuh sakit pada Mei, pasutri ini tak langsung mencari perawatan medis. Hingga akhirnya keduanya dinyatakan terinfeksi virus corona.
Mengetahui hal ini, Brian kemudian membuat unggahan di Facebook, menjelaskan dirinya merupakan korban klaim palsu soal virus corona yang beredar di internet.
"Jika kami harus keluar, mohon gunakan kebijaksanaan dan jangan bodoh seperti saya dulu agar hal yang sama tidak terjadi padamu, seperti yang menimpa saya dan istri saya," katanya melalui unggahan Facebook.
Kepada BBC News, Brian mengatakan dirinya berharap mendengarkan dan menerapkan protokol pencegahan sejak awal penyakit ini muncul.
"Ini adalah virus yang nyata, memperngaruhi orang secara berbeda. Saya tidak bisa mengubah masa lalu. Saya hanya bisa hidup di hari ini dan membuat pilihan yang lebih baik untuk masa depan," kata Brian.
"Dia (Erin) tak lagi menderita, kini dalam damai. Aku melewati masa-masa merindukannya, tapi aku tahu di berada di tempat yang lebih baik," imbuhnya.
Para dokter dan ahli telah memperingatkan bahwa potensi bahaya tidak langsung virus corona yang disebabkan oleh rumor, teori konspirasi, dan misinformasi kesehatan secara online, tetap besar, terutama karena konspirasi anti-vaksinasi yang tengan menyebar di media sosial.
Sementara perusahaan media sosial telah berupaya mengatakan informasi yang salah tentang virus corona di platform mereka, para kritikus berpendapat masih banyak yang harus dilakukan selama beberapa bulan mendatang.
Juru bicara Facebook mengatakan pihaknya telah menghapus lebih dari tujuh juta misinformasi terkait virus corona sepanjang April hingga Juni.
"Termasuk klaim yang berkaitan dengan cara pengobatan yang salah dan klaim yang menyebut jarak sosial tidak efektif," kata juru bicara Facebook.