Suara.com - Ekonom Rizal Ramli melakukan pertemuan dengan beberapa pengasuh pondok pesantren Nahdlatul Ulama se-Jawa Timur dan Jawa Tengah melalui webinar pada Senin (24/8/2020) sore. Dalam diskusi itu, Rizal mengungkapkan ide-idenya dalam mengatasi masalah ekonomi yang terjadi sekarang ini.
Menteri koordinator perekonomian era Gus Dur itu mengatakan apabila terpilih menjadi presiden, salah satu kebijakan yang akan diambil yaitu meningkatkan pendapatan petani.
"Nah Insyaallah kawan-kawan NU kultural, kalau Rizal Ramli mimpin (presiden) nanti kita atur harga agar setiap panen petani untung 10 persen. Setiap tahun naik 10 persen itu kira-kira pendapatan naik 170 persen pokok 5 tahun double income plan. Selama 10 tahun naik 4 kali lipat," katanya dalam acara diskusi Ngobrol Perkembangan Indonesia Bareng RR melalui webinar.
Rizal Ramli berpendapat, saat ini pendapatan petani belum maksimal. Bahkan, para petani mengalami kerugian.
Baca Juga: Terdampak Pandemi, 82 Bank di Indonesia Masih Dalam Kondisi Sehat
Pertama, karena adanya sistem kartel dalam perdagangan komoditi di Indonesia. Selain itu, kata dia, pemerintah tidak mengatur harga bahan pangan pokok. Sehingga sewaktu-waktu harga produksi tidak stabil, maka pendapatan petani turun.
"Kenapa pemerintah Indonesia belum pernah menerapkan harga price policy? (padahal) di Jepang di Korsel diatur harga supaya petani setiap panen untung. Bahkan zaman Pak Harto diatur," kata mantan anggota Tim Panel Ekonomi PBB.
Kiai NU berharap Rizal
Beberapa kiai NU kultural asal Jawa Timur yang dimotori KH Agus Solachul Aam Wahib Wahab yang akrab dipanggil Gus Aam meminta Rizal Ramli turun tangan pulihkan ekonomi nasional yang terpuruk, salah satunya karena dampak pandemi Covid-19.
Gus Aam khawatir kalau kondisi ini tidak segera dibenahi, maka jurang resesi akan semakin dalam.
Baca Juga: Berbagi saat Pandemi: Donasi Sayuran, Banyak Gizi dan Vitamin
Gus Aam mengaku bahwa kesulitan ekonomi saat ini terasa sampai ke bawah. Termasuk yang dirasakan para pengasuh pondok pesantren, lantaran kegiatan belajar-mengajar terhenti hingga berbulan-bulan.
Bahkan, kata Gus Aam, sampai hari ini masih ada pesantren yang tutup. Tentu kondisi itu juga berdampak pada masyarakat di lingkungan pesantren. Sebab selama ini roda ekonomi mereka bergerak karena keberadaan pesantren.
"Pak Rizal Ramli punya pengalaman 20 tahun lalu. Saat itu ekonomi terpuruk imbas krisis moneter. Namun kondisi saat itu berhasil diatasi oleh beliau. Bahkan perekonomian yang minus 3 persen bisa diubah menjadi tumbuh 4 persen hingga akhirnya tumbuh 7 persen sampai sebelum Gus Dur dilengserkan," tutur Gus Aam.
Gus Aam merasa yakin bahwa Rizal Ramli tak sekedar mampu membangkitkan ekonomi pesantren tapi sekaligus ekonomi nasional.
Karena itu, ia bersama para kiai kultural yang tergabung dalam Komite Khittah NU 1926 atau KKNU 1926 mendukung Rizal Ramli menjadi pemimpin nasional yang akan datang.
Ia menilai Rizal Ramli sebagai figur yang cerdas dan berani. Kriteria pemimpin itu, kata dia, yang dibutuhkan untuk membawa bangsa ini menuju adil dan makmur.
Gus Aam mencontohkan ide Rizal Ramli menyatukan seluruh bank syariah milik pemerintah agar asetnya bisa bertambah besar sehingga bisa bersaing dengan bank umum milik swasta.
"Rizal Ramli itu cerdas dan berani. Kepeduliannya pada nahdliyyin juga sudah terbukti. Ini pemimpin nasional yang dibutuhkan saat ini dan untuk masa depan," kata cucu pendiri NU, KH. Wahab Chasbullah.
Rizal Ramli mengatakan bisa memahami kegelisahan para kiai dan pengasuh pondok pesantren di Jawa Timur dan daerah lainnya. Sebab tak bisa dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 telah memberikan dampak di semua lini kehidupan termasuk di instansi pendidikan, dimana pola kerja dan belajar yang membuat warga dipaksa terbiasa dengan pola virtual. Dan sudah hampir enam bulan lembaga pendidikan di Indonesia, termasuk pesantren telah menutup rapat ruang-ruang kelas fisiknya.
Padahal, kata Rizal Ramli, pesantren merupakan lembaga pendidikan dan dakwah yang telah ada sejak ratusan tahun lalu di Indonesia, sebelum Republik ini berdiri.
Pesantren juga merupakan salah satu kontributor penyumbang pendapatan ekonomi daerah melalui industri kreatif, koperasi, dan UKM. Saat ini, jumlahnya mencapai 25.938 pesantren, angka yang begitu masif dan besar pengaruhnya di tengah masyarakat.
"Potensi pesantren dengan koperasi dan usaha kreatifnya luar biasa, ada yang mampu berdiri dan maju seperti Sidogiri. Namun banyak yang harus mendapatkan stimulus dan pendampingan. Di sini peran negara seharusnya hadir. Apalagi ditengah pandemi seperti saat ini. Sejatinya Republik ini punya hutang budi pada pondok pesantren. Karena dari sinilah lahir para pahlawan dan pejuang kemerdekaan," kata Rizal Ramli.