Kisah Ketua RT Selamatkan Anak-anak saat Kebakaran Dahsyat Pasar Senggol

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Senin, 24 Agustus 2020 | 22:58 WIB
Kisah Ketua RT Selamatkan Anak-anak saat Kebakaran Dahsyat Pasar Senggol
Kondisi rumah-rumah warga di kawasan Pasar Senggol, Kota Makassar, Sulsel, pasca kebakaran, Senin (24/8/2020). [Suara.com/Muhammad Aidil]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebakaran hebat yang melanda kawasan Pasar Senggol, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Sabtu (22/8/2020) lalu, membuat warga berhamburan.

Seperti yang dialami Ketua RT Imran (41) yang kala itu berlarian kalang kabut untuk mencari tempat aman saat kobaran api di daerah tersebut telah membesar.

"Saya ada. Masih ada semua warga sementara masih jualan (saat) terjadi kebakaran, sekitar pukul 23.00 WITA," kata Imran kepada Suara.com saat ditemui di lokasi kebakaran, Senin (24/8/2020).

Imran menceritakan pada saat kebakaran Pasar Senggol Makassar terjadi, ia sedang bersama dua anaknya, Aliyah Azizah (12) dan Algazalih Imran (6), di dalam rumah.

Baca Juga: Kemendikbud: Gedung Kejaksaan Agung Bukan Cagar Budaya

Ketika itu, Imran tengah menyiapkan makan malam untuk kedua buah hatinya seperti hari sebelumnya.

Hanya saja, saat tengah menikmati hidangan makan malam, para warga sekitar berhamburan keluar rumah dan berteriak kebakaran.

"Saya ada di rumah, saya masak Indomie untuk anak. Baru saya buka makanan baru makan satu, terus terjadi kebakaran," jelasnya.

Menurut Imran, api pertama kali muncul di wilayah yang dikenal dengan sebutan lorong buntu.

Dari situ, tak lama kemudian langsung merembet ke rumah-rumah warga yang berada di sekitar lokasi.

Baca Juga: Gedung Utama Kejagung Termasuk Heritage, Pengamat: Kekuatannya Pasti Beda

"Arus pendek di lorong buntu. Ada semua orangnya saat itu. Dari situ kemudian merembet ke rumah," ungkap Imran.

Cepat Berkobar

Saat pertama kali kebakaran, lanjut Imran, banyak warga yang menyaksikan.

Namun, api tersebut tidak cepat ditangani oleh warga yang pertama kali menyaksikan kebakaran.

Apalagi, penghuni lorong buntu tersebut memang dikenal kekurangan anak muda. Sehingga, api yang tadinya kecil dengan cepat berkobar dan menjalar ke rumah-rumah warga lainnya.

"Besar kebakarannya karena 36 rumah (terbakar). Saya tahu titik awal mula rumah yang terjadi kebakaran tapi awal kejadiannya saya tidak tahu," kata dia.

"Di sebelah itu kan kurang anak mudanya, kebanyakan anak-anak. Jadi itu susah sekali dipadamkan," Imran menambahkan.

Selain itu, katanya, warga yang pertama kali menyaksikan di lorong buntu tersebut juga tidak berteriak dan cepat memberitahu kepada warga sekitar yang tinggal di lorong lainnya ketika terjadi kebakaran.

"Ada yang lihat, cuma orang di sebelah jadi tidak kedengaran suaranya. Pas agak panas terasa dan muncul api baru ketahuan (kebakaran). Karena orang di sebelah itu, dia tidak teriak pada saat terjadi. Tidak ada kedengaran suara karena di sebelah. Pas apinya sudah membesar baru dia lari dan kedengaran suaranya karena kan beda lorong terjadinya," beber Imran.

Imran pun mengaku baru mengetahui kejadian itu setelah anaknya yang keluar dari rumah berteriak kebakaran.

"Saya tanya anak saya karena dia teriak api-api, kebakaran. Saya bilang jangan main-main bilang ada kebakaran. Anakku keluar, saya lari juga keluar api sudah besar," katanya.

Selamatkan Anak-Anak

Melihat kobaran api yang sudah semakin membesar, Ia pun langsung berlari secepat mungkin untuk menjauh dari lokasi. Hal yang paling utama diselamatkan adalah kedua anaknya.

"Pas kebakaran saya langsung lari sama anakku ke sini (Masjid). Saya selamatkan dulu anak-anak kemudian barang-barang yang bisa diselamatkan," tuturnya.

Begitu pun para warga yang berada di sekitar lokasi. Mereka berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri dari malapetaka itu.

"Menyelamatkan diri masing-masing dan keluarganya, terus ambil barang yang bisa diambil (diselamatkan). Dan ada juga yang sama sekali tidak sempat menyelamatkan barangnya," tutur Imran.

Setelah kejadian, katanya, para warga pun mulai mengungsi. Imran sendiri mengungsi bersama keluarganya di Masjid Quraisy yang tak jauh dari lokasi kebakaran.

Hal itu terpaksa dilakukan Imran karena satu-satunya rumah miliknya sudah tak dapat lagi digunakan.

Puing-Puing

Suara.com melihat sendiri kondisi rumah warga yang terbakar di kawasan Pasar Terong, Jalan Cendrawasih, Makassar.

Umumnya rumah yang terbakar di sana kini hanya tersisa puing-puing bangunan saja, salah satunya rumah milik Imran.

Bahkan, yang lebih parah adalah yang memang sudah berubah menjadi arang setelah dilalap si jago merah.

"Untuk sementara di masjid. Warga yang mengungsi di masjid, tidak terlalu banyak sekitar 10 orang karena mereka juga punya keluarga," katanya.

Selain mengungsi di masjid, mayoritas warga yang menjadi korban kebakaran di daerah itu, saat ini mengungsi ke rumah keluarga mereka masing-masing.

Sebab, rumah-rumah warga yang dulunya digunakan untuk bertahan hidup, sekarang sudah tidak dapat digunakan lagi.

Kondisi rumah-rumah warga di sana kini tinggal beralaskan tanah dan beratap langit.

"Mereka (warga) itu semua ada keluarganya sekitar 100-200 meter dari rumahnya yang terbakar. Jadi mereka ke rumah keluarganya," kata dia.

"Ada juga macam saya, mengungsi di masjid. Ada beberapa di Masjid, terus besoknya baru mengungsi ke rumah keluarganya," sambung Imran.

Kehilangan Mata Pencaharian

Untuk nasib pedagang di Pasar Senggol Makassar, katanya, sudah kehilangan mata pencaharian.

Tempat dan barang dagangan mereka semuanya ludes terbakar.

"Saat ini tidak bisa menjual karena habis semua terbakar. Sama sekali tidak bisa menjual, dia punya barang semua habis terbakar. Rumah saja habis, apalagi barang. Tempat tinggal ya tinggal puing-puing saja," jelas katanya.

Meski begitu, Imran masih bersyukur. Sebab, semua keluarganya selamat dari kobaran api ketika itu. Apalagi, bantuan untuk korban di lokasi kebakaran saat ini tetap lancar.

"Alhamdulillah saat ini lancar untuk makanan dan kebutuhan sehari-hari seperti pakaian. Kalau material tidak ada. Belum, masih ditunggu-tunggu kalau material tapi kalau untuk sumbangan-sumbangan makanan, pakaian, minuman-minuman Alhamdulillah lancar," katanya.

Pemasangan Hidran

Senada dengan Imran, warga lain, Firmansyah yang juga menjadi korban kebakaran Pasar Senggol Makassar, mengaku mengungsi di rumah tetangganya Rina setelah memohon dikasihani.

"Saya numpang (mengungsi) di rumah tetangga. Saya minta memang sama yang punya rumah tolong bantu," tuturnya.

Sementara, warga lainnya, Taufiq Ibrahim (51), berharap dengan terjadinya peristiwa tersebut, Pemkot Makassar dapat mengadakan pemasangan hidran atau alat pemadam kebakaran di lokasi kebakaran tersebut dan pada setiap pemukiman yang pada penduduknya.

Tujuannya, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran seperti yang belum lama terjadi di wilayah itu.

"Adakan pemasangan hidran walaupun tanpa pompa air, tapi bisa meminimalkan terjadinya korban yang besar. Jadi pemasangan hidran dan selan 100 meter. Jadi kalau ada kebakaran begini kita bisa tarik ke tempat lokasi untuk bantuan pertama karena kalau lorong kecil begini kan sulit dijangkau pemadam," pintanya.

Korban Tewas

Sementara, Kepala Bidang Operasi Damkar Makassar Hasanuddin menerangkan satu warga tewas dalam peristiwa kebakaran Pasar Senggol Makassar.

Namun, ia menegaskan bahwa korban yang meninggal dunia tersebut bukan karena ikut terbakar di lokasi kejadian.

Menurut Hanasuddin, korban yang meninggal mengalami sesak nafas setelah menerobos masuk kepulan asap untuk berusaha menyelamatkan harta bendanya agar tidak ikut hangus terbakar.

"Satu orang meninggal dunia. Bukan karena meninggal terbakar, tapi terjebak asap saat berusaha menyelamatkan barang-barangnya. Meninggal di rumah sakit," kata Hasanuddin.

Selain itu, dua orang lagi dikabarkan mengalami luka ringan dalam kejadian tersebut.

Hanya saja, Hasanuddin, tidak menyebutkan identitas para korban. Baik yang meninggal maupun yang mengalami luka-luka.

Puluhan Rumah Terbakar

Hasanuddin menjelaskan dalam peristiwa kebakaran hebat di Pasar Senggol Makassar itu, pihaknya menerima laporan pukul 23.05 WITA malam.

"Armada tiba di TKP pukul 23.05 Wita. Jumlah Armada 21 Mako Damkar, 4 unit posko timur, 3 unit mako carester ujung tanah," kata dia.

"Kekuatan personil sebanyak 80 orang," Hasanuddin menambahkan.

Objek yang dilalap si jago merah tersebut, katanya, adalah 36 unit rumah warga dari 47 kepala keluarga atau 156 jiwa.

Api baru bisa dipadamkan pukul 01.00 WITA dini hari, setelah petugas berjibaku melakukan penyemprotan pada rumah-rumah warga yang terbakar.

"Personel dan armada meninggalkan TKP pukul 02.38 Wita," ujar Hasanuddin.

Kebakaran Keenam

Belum diketahui pasti terkait apa penyebab dan berapa jumlah taksiran kerugian dalam kejadian itu.

Meski begitu, Hasanuddin mengaku bahwa kebakaran yang terjadi di Pasar Senggol pada Sabtu pekan lalu merupakan kebakaran yang keenam yang terjadi di Kota Makassar.

Setelah sebelumnya, dihari sama juga terjadi kebakaran di lokasi yang berbeda di Kota Makassar.

Beberapa diantaranya adalah di Jalan Cendrawasih, Kelurahan Mariso, di Belakang Asrama Haji, Kecamatan Mandai, di Jalan Hertasning, Kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang, dan di Jalan Jipang Raya 1, Kelurahan Karunrung, Kecamatan Rappocini.

"Dari sore hingga malam ini sudah lima kejadian kebakaran. Kejadian yang keenam di Pasar Senggol," katanya.

Kontributor : Muhammad Aidil

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI