Suara.com - Seorang anak laki-laki di India tewas diterkam macan tutul saat dirinya sedang asyik bermain di halaman rumah.
Menyadur Georivista, insiden yang menewaskan Shiva, Kumar ini terjadi di Maligaon, daerah pinggiran kota Assam, Guwahati, pada Jumat (21/8) lalu.
Saat itu, bocah berusia enam tahun itu tengah bermain bersama teman-temannya ketika tiba-tiba didatangi oleh seekor macan tutul.
"Macan tutul itu menyerang Kumar dengan menerkam lehernya saat anak itu sedang bermain dengan teman-temannya di luar rumah," ujar seorang saksi mata.
Baca Juga: Baru Nikah 18 Bulan, Istri Minta Cerai Gegara Suaminya Terlalu Baik
Hewan buas ini lantas meninggalkan tubuh bocah ini begitu saja dan lari ke hutan ketika warga desa mulai mengejarnya.
Kumar sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, namun nyawanya tak terselamatkan.
Pihak rumah sakit menyatakan anak laki-laki ini mengembuskan napas terakhir saat dalam perjalanan.
Petugas kehutanan setempat menolak untuk memberikan keterangan terkait insiden penyerangan oleh hewan buas ini.
Maligaon yang menjadi markas besar jalur Kereta Api Perbatasan Timur laut, merupakan kawasan rawan konflik manusia dan macan tutul.
Baca Juga: Laris Manis, Kia Sonet Dipesan 6.523 unit di Hari Pertama "Booking Online"
Sebelumnya, beberapa orang dilaporkan terluka akibat serangan macan tutul di daerah yang dikeliling oleh bukit besar dan tujuh kawasan hutan cadangan ini.
Aktivis satwa liar setempat mengatakan habitat macan tutul dan hewan liar lainnya telah menyusut selama beberapa dekade karena perambahan oleh masyarakat, berujung pada konflik manusia-hewan.
Juga pernah terjadi di mana massa yang marah membunuh macan tutul dan hewan liar lainnya.
Mubina Akhtar, aktivis satwa liar, menyebut perbukitan merupakan tempat tinggal macan tutul. Namun, masyarakat malah menjadikannya sebagai pemukiman.
"Ada tujuh kawasan hutan cagar yang berbatasan dengan kota Guwahati. Departemen kehutanan tidak menetaplan batas-batasnya dengan benar dan juga tak memasang tanda atau papan pengumuman apa pun, mengakibatkan perambahan lahan hutan," ujat Akhtar kepada IANS.
Sejak 2010, sambung Akhtar, konflik manusia dan hewan liar meningkat di daerah Guwahati. Kendati demikian, pihak berwenang tidak melakukan apa pun untuk menghentikan insiden semacam itu.