Suara.com - Tahukah Anda, jika Rumah Limas yang tergambar dalam uang pecahan uang kertas Rp 10.000 ternyata berada di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel)?
Ya, rumah tradisional Sumsel atau kerap disebut sebagian masyarakat dengan Rumah Bari itu diabadikan di uang Rp 10.000 oleh Bank Indonesia yang beredar mulai tahun 2005 hingga cetakan terakhir di tahun 2010.
Nah, ketika berkunjung ke kota pempek, Anda yang penasaran untuk melihatnya secara langsung bentuk Rumah Limas tersebut bisa langsung mengunjungi Museum Negeri Sumatera Selatan ‘Balaputra Dewa’ di Jalan Srijaya I, No. 288, KM 5,5, Kota Palembang.
Tour Guide Museum Negeri Sumatera Selatan Tamzi mengatakan sesuai dengan namanya itu Rumah Limas merupakan rumah tradisional berbentuk limas yang dibuat dengan gaya panggung.
“Rumah Limas itu yang diabadikan di dalam pecahan uang kertas Rp 10.000,” ujar Tamzi kepada Suara.com pada Jumat (21/8/2020).
Karena penasaran ingin melihat lebih dekat Rumah Limas yang ada sejak masa Kesultanan Palembang atau pertengahan tahun 1550 sampai 1823 Masehi, Suara.com langsung menjelajahi kawasan luar hingga dalam rumah tradisional Sumsel yang dibangun bertingkat tersebut.
Hampir seluruh bagian Rumah Limas tersebut terbentuk dari kayu. Mulai dari pondasi, kerangka rumah, dinding, lantai, pintu hingga jendela.
“Ya, pemilihan kayu itu bukan tanpa sebab, tapi menyesuaikan dengan karakter kayu dan kepercayaan di Sumatera Selatan. Ada kayu unglen, kayu seru, dan kayu tembesu,” kata dia.
![Suasana dalam Rumah Limas yang berada di Museum Negeri Sumsel ‘Balaputra Dewa’, Kota Palembang. [Suara.com/Rio]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/08/21/36848-suasana-dalam-rumah-limas-yang-berada-di-museum-negeri-sumsel-balaputra-dewa-kota-palembang.jpg)
Rumah Limas ini sendiri memiliki banyak filosofis yang mendalam. Dimana ada lima tingkat yang mempunyai makna dan fungsi berbeda-beda.
Baca Juga: Sejarah, Filosofi dan Resep Bubur Suro, Sajian khas Sambut Tahun Baru Islam
“Jadi, lima tingkatan ruangannya itu diatur menggunakan filosofi Kekijing. Ya, setiap ruangannya itu diatur sesuai penghuni. Mulai dari usia, jenis kelamin, pangkat, bakat, dan martabat,” ucap dia.
Sebelum masuk ke dalam rumah tersebut, kita akan melewati tingkat pertama yang disebut Pagar Tenggalung. Ini merupakan ruangan terhampar luas tanpa dinding pembatas.
Ruangan tersebut mirip beranda yang difungsikan untuk tempat menerima para tamu yang datang ketika acara adat.
“Di bagian ini cukup unik. Sebab, orang luar tak dapat melihat aktivitas di dalam ruangan dan orang dari dalam bisa lihat suasana di luar,” tambah dia.
Saat di bagian ini, uniknya lagi Lawang Kipas atau pintu yang dibuka akan membentuk langit-langit ruangan.
Lanjut ke tingkat kedua disebut Jogan. Ruangan ini adalah tempat kumpul bagi anggota keluarga pemilih rumah yang berjenis kelamin laki-laki.
Setelah dari Jogan, kita akan memasuki tingkat ketiga yang mana pada tempat ini lebih privasi dibanding ruang sebelumnya. Pada saat itu, di sini hanya digunakan para tamu undangan khusus saat pemilik rumah tengah menggelar hajat.
Nah, bagi orang-orang yang dihormati dan mempunyai ikatan darah dengan pemilik rumah, mereka diperbolehkan masuk ke tingkat keempat.
Sampai deh kita di bagian terakhir, di tingkat kelima yang disebut Gegajah. Ini sebuah ruangan paling luas dibanding dengan ruang-ruang sebelumnya.
![Rumah Limas yang berada di Museum Negeri Sumsel ‘Balaputra Dewa’, Kota Palembang. [Suara.com/Rio]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/08/21/65945-rumah-limas-yang-berada-di-museum-negeri-sumsel-balaputra-dewa-kota-palembang.jpg)
Pada ruangan tersebut memang sangat istimewa. Sebab, hanya dimasuki oleh orang yang memiliki kedudukan sangat tinggi dalam keluarga ataupun masyarakat.
“Di tingkat terakhir ini, ada amben (tempat bermusyawarah), ada juga kamar pengantin kalau pemilik rumah menggelar pernikahan,” jelasnya.
Selain itu, ternyata Rumah Limas yang dipamerkan pada museum ini juga pernah mendapat kunjungan kepala negara Belanda Ratu Beatrix dan Pangeran Clans beserta rombongan pada 29 Agustus 1995.
“Mereka itu datang ke sini untuk melihatnya secara langsung Rumah Limas tersebut,” tutup dia.
Kontributor : Rio Adi Pratama