Distigma akibat Positif Covid-19, Satu Keluarga Bunuh Diri

Jum'at, 21 Agustus 2020 | 13:32 WIB
Distigma akibat Positif Covid-19, Satu Keluarga Bunuh Diri
Wanita pelayan kafe nyaris bunuh diri dari atas jembatan. Foto hanya ilustrasi.(Beritabali/ist).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Satu keluarga di India mengakhiri hidup dengan lompat ke sungai setelah mendapatkan stigma negatif akibat salah satu anggota keluarga positif Covid-19.

Menyadur Gulf News, Jumat (21/8/2020), seorang ibu dan dua anak bunuh diri dengan cara melompat ke sebuah sungai di negara bagian Andhra Pradesh, India, pada hari Rabu karena dikucilkan oleh lingkungan sekitar.

Mereka dikucilkan karena ibu mereka, Nurasaih (52) meninggal dunia akibat virus Covid-19. Sepeninggal ibu mereka tersebut, keluarga itu mendapatkan stigma negatif lingkungan sekitar.

Menurut keterangan polisi setempat, mereka merasa hancur ketika kerabat dan teman mereka menjauhkan diri dari keluarganya terpapar Covid-19.

Baca Juga: Gegara Lockdown, Ayah Kayuh Sepeda Sejauh 105 Km Demi Antar Anak Ujian

Menurut laporan, mereka mengakhiri karena COVID-19 mengakhiri hidup mereka dengan melompat dari jembatan . Pengguna media sosial dikejutkan dengan kejadian yang terjadi di kota Rajamundry.

Parimi Suneetha yang berusia 50 tahun, Phanikumarm yang berusia 25 tahun, dan putrinya yang berusia 23 tahun, Lakshmi Aparna melompat dari jembatan ke sungai Godavari.

Menurut sumber media setempat, polisi menemukan sebuah catatan di mobilnya yang digunakan mereka untuk sampai ke jembatan tempat mereka bunuh diri.

Catatan tersebut menyebutkan bahwa keluarga tersebut adalah korban stigma sosial negatif akibat Covid-19 dan memutuskan untuk bunuh diri.

Insiden bunuh diri tersebut terjadi ketika gelombang Covid-19 masih menerjang India di seluruh negara bagian.

Baca Juga: Takut Tertular Corona, Istri Larang Suami Masuk Rumah Meski Sudah Karantina

Para ahli kesehatan mental India mengatakan pandemi Covid-19 memicu serangan panik di antara orang-orang, menyebabkan depresi, dan bahkan mendorong beberapa orang ke ambang bunuh diri.

Direktur Institute of Mental Health menyatakan bahwa menjelang akhir April ada sekitar 3.632 panggilan aduan depresi dan konseling psikiatri diberikan kepada 2.603 penelepon.

Kejadian tersebut kemudian langsung viral di media sosial Facebook dan langsung mengundang beragam komentar.

Seorang pengguna Facebook @shaheen berkomentar: "Ini adalah saat-saat ketika Anda perlu memahami pentingnya kesatuan di antara keluarga. Teman-teman! Tolong jaga orang yang Anda cintai."

"Itu bisa terjadi pada siapa saja. Dunia sudah menderita secara maksimal. Kapan mereka akan mengerti bagaimana cara menjaga satu sama lain?" tulis @Gaurav.

"Sungguh memalukan. Meskipun orang berpendidikan, mereka tidak pernah bertindak seperti itu. Semoga jiwa mereka damai." komentar akun @Parthiv.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI