Kurangnya Pelacakan Kontak
Pengujian PCR yang luas dan hasil cepat sangat penting untuk melacak kontak orang yang terinfeksi oleh virus corona. Menurut pedoman nasional yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan Indonesia pada 13 Juli, pelacakan kontak adalah kunci utama dalam memutus mata rantai penularan Covid-19.
Reuters bertanya dengan 12 petugas kesehatan di seluruh Indonesia yang menggambarkan upaya pelacakan kontak ceroboh dan tidak efektif.
Rahmat Januar Nor, seorang pejabat kesehatan di kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan, mengatakan informasi tentang kasus baru virus corona sering masuk ke kantornya dari berbagai wilayah, dengan nama yang tidak lengkap, nomor telepon yang tidak aktif, atau alamat lama untuk pasien dan kontak mereka bermasalah.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Kasus Baru India Terbanyak di Dunia
"Kami meminta bantuan para kepala desa," kata Nor kepada Reuters. "Tapi pada akhirnya, kami tidak menemukan (kontak) mereka hampir sepanjang waktu." jelasnya.
Ketika menemukan kontak, banyak yang menolak untuk diuji, takut mereka akan kehilangan pekerjaan atau dikucilkan di lingkungannya.
Data yang tidak dipublikasikan dari satuan tugas Covid-19 pemerintah, ditinjau oleh Reuters, menunjukkan hanya 53,7 persen orang yang diidentifikasi sebagai pembawa penyakit yang dikonfirmasi atau dicurigai menjadi sasaran pelacakan kontak pada 6 Juni.
Adisasmito tidak memberikan data pelacakan kontrak terbaru tetapi mengakui masih rendah dan mengatakan pemerintah bertekad untuk melacak 30 orang per kasus positif.
Jumlah tersebut masih rendah dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Korea Selatan mengatakan pada bulan Mei bahwa mereka melacak dan menguji hampir 8.000 orang setelah seorang pria dinyatakan positif setelah mengunjungi klub malam.
Baca Juga: Sembuh dari Covid-19, Pasien Disarankan Tetap Rutin Kontrol ke Dokter
Menurut lima orang yang mengetahui masalah ini, WHO menyarankan pihak berwenang Indonesia bahwa pelacakan kontak harus melibatkan setidaknya 20 orang yang dilacak per kasus yang dikonfirmasi dan dicurigai. Tetapi Indonesia hanya rata-rata melacak sekitar dua kontak per kasus, menurut pejabat provinsi dan data yang ditinjau oleh Reuters.