Tetapi Lie mengatakan ada persediaan yang sangat besar dan rapid test masih dilakukan secara luas, termasuk untuk menyaring pekerja kantor dan pelancong untuk memungkinkan mereka bergerak bebas selama 14 hari.
"Itu seperti mengatakan selama 14 hari ke depan setelah tes mereka bebas dari virus. Itu benar-benar tidak masuk akal. Semua itu menunjukkan, dan tidak terlalu akurat, apakah mereka bebas dari virus ketika sampel diambil," kata Lie .
Adisasmito menolak berkomentar apakah seruan presiden untuk rapid test merusak upaya pengujian secara keseluruhan.
Dia mengakui ketidakakuratan rapid test tetapi mengatakan itu masih berguna dalam beberapa situasi di mana kapasitas untuk menggunakan tes PCR terbatas, termasuk menyaring wisatawan.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Kasus Baru India Terbanyak di Dunia
Pemerintah pusat tidak mengungkapkan tingkat penggunaan rapid test secara nasional. Tetapi data dari Jawa Barat, provinsi terbesar di Indonesia dengan 50 juta penduduk, menunjukkan bahwa mereka telah melakukan rapud test 50 persen lebih banyak daripada tes PCR.
Pejabat pemerintah mengatakan 269 laboratorium dengan mesin PCR sekarang beroperasi. Namun, laboratorium semakin tidak dapat memenuhi permintaan karena infeksi meningkat. Jumlah kasus yang dicurigai meningkat dua kali lipat menjadi 79.000 dalam sebulan terakhir, menurut data pemerintah.
Sebagian dari masalahnya adalah kapasitas lab masih jauh dari dimanfaatkan sepenuhnya, menurut empat petugas kesehatan.
Achmad Yurianto, mengatakan kepada Reuters bahwa Indonesia mampu menguji 30.000 orang per hari, lebih dari dua kali lipat rata-rata harian 12.650 orang yang dites selama sebulan terakhir.
Lima manajer laboratorium dan konsultan yang dihubungi oleh Reuters mengatakan kegagalan untuk menggunakan kapasitas pengujian negara tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah yang menyebabkan kekurangan staf dan reagen, bahan kimia yang diperlukan untuk pengujian.
Baca Juga: Sembuh dari Covid-19, Pasien Disarankan Tetap Rutin Kontrol ke Dokter
Pekan lalu Ahmad Yurianto mengatakan laboratorium tidak memiliki cukup waktu untuk memeriksa semua spesimen karena beberapa laboratorium bekerja dengan hari dan jam yang terbatas.