Pihak PBB memperingatkan bahwa Libya bukanlah alternatif yang aman, mengingat imigran dan pengungsi di negara itu berisiko terdampak konflik yang sedang berlangsung, pelanggaran hak asasi manusia yang parah, hingga penahanan tak berdasar setelah turun dari kapal.
Di tengah kekerasan yang terus berlanjut di Libya. banyak migran yang mencari rute baru untuk mencapai Eropa, salah satunya dengan menyeberang dari Afrika barat laut ke Kepulauan Canary Spanyol.
Pada Rabu (19/8) malam, layanan penyelamatan maritim Spanyol mengonfirmasi adanya 10 mayat di sebuah kapal yang setengah tenggelam di sekitar 85 mil selatan pulau Gran Canaria.
Penemuan itu dilakukan saat tim penyelamat menggeledah kawasan tersebut guna menemukan kapal berpenumpang 40 orang yang hilang usai meninggalkan Mauritania beberapa hari sebelumnya.
Baca Juga: Amerika Serikat dan Rusia Siap Hadiri Undangan PBB Bahas Suriah
Badan Migrasi PBB mengatakan, dalam satu tahun terakhir, 357 imigran meninggal dunia di kapal akibat rute laut berbahaya dengan kondisi arus kuat dan jumlah penjaga pantai yang terbatas.
Terlepas dengan risiko yang mengancam keselamatan, jumlah migran yang melakukan perjalanan laut di rute Atlantik terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Kementerian Dalam Negeri Spanyol mengatakan migran di rute Atlantik tumbuh lima kali lipat dibandingkan pada 2006, dengan lebih dari 3.500 orang dari Afrika tiba di Kepulauan Canary.
Selain itu, belakangan banyak anak-anak dan bayi baru lahir yang juga diajak untuk melakukan perjalanan melalui rute alternatif ini.
"Sudah tiga tahun kami membantu tiga perempuan yang melahirkan di kapal," ujar Jose Antonio Rodriguez Verona dari Palang Merah.
Baca Juga: Cerita Erick Thohir Pernah Direndahkan saat Jadi Pekerja Migran