Suara.com - Sebanyak 448 ton bahan peledak jenis amonium nitrat disimpan Dirjen Bea dan Cukai (DJBC) Khusus Kepri di Karimun, Kepulauan Riau.
Bahan peledak itu disimpan dari berbagai kasus. Sebanyak 17.936 karung amonium nitrat yang tersimpan di gudang Kanwil belum dimusnahkan.
Sementara, kasus-kasus terkait dengan penyitaan amonium nitrat ini sudah berkekuatan hukum tetap.
Kepala Kantor DJBC Khusus Kepri, Agus Yulianto mengatakan, ratusan ton amonium nitrat itu merupakan hasil penindakan sejak tahun 2010 silam.
Baca Juga: Bea dan Cukai Kepri Timbun 448 Ton Amonium Nitrat, Rawan Meledak
Ada dua kasus di tahun 2010 tersebut yang telah inkrah di tahun 2012. Kemudian, kembali bertambah 3 kasus di tahun 2015, lalu 3 kasus di tahun 2016, dan 1 kasus di tahun 2018.
"Seharusnya barang dieksekusi, karena sudah ada keputusan hukum dan barangnya sudah dirampas untuk Negara. Karena jaksa tidak punya gudang dan sebagainya, jadi dititipkan ke kami," kata Agus dikutip dari Batam News—jaringan Suara.com—Kamis (20/8/2020).
Sejauh ini proses penyimpanan amonium nitrat tersebut cukup baik dan sesuai dengan prosedur. Serta ditempatkan di tempat yang aman.
Kejadian Lebanon
Namun begitu, Agus menyebut amonium nitrat juga tidak baik kalau terlalu lama disimpan. Seperti kejadian ledakan di Lebanon belum lama ini.
Baca Juga: Lokasi Bekas Ledakan Beirut Jadi Spot Foto Selfie Wisatawan
"Jika dibandingkan, yang ada sama kita ini seperlima atau seperempat dari yang ada di Lebanon. Jika aktif, bisa menenggelamkan Karimun," kata Agus.
Karena itu, Kanwil DJBC telah mengirim surat ke Kejaksaan, agar barang tersebut dapat segera dieksekusi. Surat itu juga ditembuskan ke Kejagung, Kapolri, dan Presiden.
"Dengan adanya kejadian itu, kita mengingatkan, kita buatkan surat pada Kejari, karena kami tahu kesulitan dalam mengeksekusi. Kemudian surat itu kita tembuskan ke Kejagung, Kapolri, dan lainnya, salah satunya kantor staf Kepresidenan yang juga telah merespons surat tersebut," ucap Agus.
"Barang sebanyak ini kalau disimpan terlalu lama bisa menimbulkan bahaya yang serius. Dan kita tidak mau nantinya sama seperti kejadian di Lebanon," kata Agus.
Pihaknya meminta Kejari Karimun untuk secepatnya menindaklanjuti amonium nitrat tersebut untuk mengantisipasi apa yang terjadi di Beirut, Lebanon, juga terjadi di Karimun karena memiki jenis dan unsur yang sama.
"Teknik pemusnahan itu sederhana sebetulnya, juga sesuai dengan rekomendasi Bareskrim, itu ditimbun dengan ukuran galian tanah yang pas, lalu dialirkan air agar larut setelah itu ditimbun lagi, bisa buat efek senyawa aktifnya itu hilang," ujar Agus.