Itu terdiri dari para pemilik baru, dan ini terjadi di seluruh penjuru negara.
Warga Amerika kini berlomba-lomba senjata sehingga angka penjualan memecahkan rekor.
Sistem pemeriksaan latar belakang kriminal nasional yang dikelola kantor FBI, melakukan lebih dari 19 juta cek latar belakang warga, pada tengah tahun pertama 2020. Ini 6 juta lebih dibandingkan setengah tahun pertama 2019.
Menurut lembaga kajian The Brookings Institute, yang mendorong meningkatnya permintaan masyarakat terhadap senjata adalah kekhawatiran atas keamanan pribadi mereka.
Baca Juga: Heboh Senpi untuk Sipil, Bamsoet Bantah: Cuma Dipakai Olahraga Menembak
Pada bulan Maret dikatakan bahwa para pembeli mengutarakan kekhawatiran atas Covid dan menurunnya perekonomian. Belum lama ini, penjualan senjata didorong oleh kekhawatiran tersebut ditambah dengan meluasnya protes atas ketidak-adilan rasial yang dipicu oleh kematian George Floyd.
Barbakoff mengatakan, kelas yang dia ajarkan disebut Force to Force, dan sangat populer akhir-akhir ini walau harga senjata dan peluru kini semakin mahal.
Harga senjata merek Glock yang tadinya sekitar $400-500 per unit, kini naik menjadi sekitar $700-750.
Di Florida, warga dapat membeli senjata secara legal tiga tahun sebelum batas umur untuk minum alkohol, tanpa memerlukan surat izin.
“Perkiraan saya sekitar 95% dari orang yang kini datang untuk membeli senjata adalah para pemula yang baru pertama kali memiliki senjata. Mereka melihat berita dan menyadari apa yang sedang terjadi di negara ini. Mereka khawatir dan mereka ingin agar bisa membeli diri, keluarga dan kepemilikan mereka lainnya,” kata Caruso.
Baca Juga: Gara-gara Buka Jasa Servis Senjata Api, Pria di Pekanbaru Diciduk Polisi
Para pakar mengatakan melonjaknya pejualan senjata-api pada umumnya terjadi pada masa di mana keadaan dan situasi lingkungan serba tidak jelas.