Suara.com - Pendapat publik terbelah dalam memandang deklarasi kelompok yang mengatasnamakan Koalisi Aksi Masyarakat Indonesia. Dalam deklarasi, koalisi menekankan kemunculan mereka didasari semangat untuk menyelamatkan Indonesia.
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Tengku Zulkarnain berada di pihak koalisi aksi. Tampaknya dia menyesalkan beredarnya narasi negatif terhadap gerakan koalisi yang dideklarasikan di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, itu.
Narasi negatif yang muncul, di antaranya menyebutkan tokoh-tokoh yang mendukung koalisi aksi berasal dari barisan sakit hati di pemilu presiden yang lalu karena calon presiden yang didukung -- Prabowo Subianto -- dikalahkan Joko Widodo.
"Kalau tidak senang dengan KAMI kemudian membuat gerakan KAMU atau KITA dan lain-lain silakan saja. Tapi menfitnah dengan mengatakan KAMI itu barisan sakit hati, barisan kalah pilpres dan lain-lain adalah menunjukkan kepicikan dan ketakutan terguling. Pihak yang kalah kan sudah gabung ke sonooo...! Heehhh..." kata Tengku dalam Twitter yang dikutip Suara.com, hari ini.
Baca Juga: Selama KAMI Lawan Penjajahan Asing dan Aseng Serta Komunis, PA 212 Dukung!
Tengku dalam pernyataan yang diutarakan di timeline Twitter menandaskan bahwa deklarasi KAMI dan gerakan KAMI dalam koridor konstitusi. Negara menjamin semua hak KAMI, katanya.
"Justru para pihak yang kemudian bagaikan "kebakaran bulu kumis" itu yang mengherankan. Sadarlah. Kalian itu hidup di NKRI bukan di Korea Utara atau China yang komunis... Gitu aja repot..." kata Tengku.
Koalisi tersebut dideklarasikan oleh sejumlah tokoh, di antaranya Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo, Said Didu, Rocky Gerung, dan Titiek Soeharto.
PA 212 mendukung
Persaudaraan Alumni 212 menyatakan sikap akan selalu mendukung KAMI selama tetap konsisten dengan semangat perjuangan.
Baca Juga: Profil Gatot Nurmantyo yang Bergabung dengan KAMI
Semangat perjuangan yang dimaksud, sebagaimana dikatakan Ketua Media Center PA 212 Novel Bamukmin, antara lain selama KAMI tetap konsisten untuk mendorong upaya menyelamatkan negara dari krisis multi dimensi.
"Selama KAMI berjuang untuk menyelamatkan ini bangsa dan negara dari keterpurukan dan krisis multi dimensi yang sudah sangat memprihatinkan, ini demi untuk kesejahtraan rakyat Indonesia serta membela ulama yang terzolimi dan tegas melawan komunis serta penista agama serta pendukungnya," kata Novel kepada Suara.com, Rabu (19/8/2020).
PA 212 dikatakan Novel akan mendukung dan mengawal koalisi aksi yang digagas oleh sejumlah tokoh, di antaranya Din Syamsuddin, supaya tidak tergerus oleh pengaruh penguasa.
"Saya berharap para tokoh tersebut bisa tegas dan berani mendukung kami juga di PA 212," katanya.
Massa yang memenuhi acara deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, kata Novel, sebagian merupakan pendukung PA 212. Mereka mendukung koalisi karena menilai semangat yang diusung sejalan dengan spirit 212.
Novel menekankan agar para tokoh yang menjadi inisiator maupun pendukung KAMI tidtak tergoyahkan jika suatu hari nanti mendapatkan tawaran jabatan dari pemerintah periode sekarang.
"Saya juga berharap para tokoh KAMI tidak goyah dengan tawaran lobi-lobi jabatan karena beberapa tokoh di antaranya pernah bersedia menerima kalau ada tawaran sebagai calon wakil presidennya Jokowi ketika pilpres kemarin. Bahkan ada yang ambisi menjadi presiden. Nah, semoga para tokoh siap untuk membela rakyat dan ulama yang saat ini terzolimi dengan ikhlas," kata Novel.
Selama koalisi tetap menjalankan delapan poin tuntutan yang disampaikan dalam deklarasi, PA 212 tetap di pihak mereka, sekalipun koalisi nanti dijadikan kendaraan politik.
"Sah-sah saja asal delapan poin itu dijalankan dan bersinergi bersama ulama dan siap mengikut komando para ulama yang lurus yang akan melawan kemungkaran dan penjajahan asing dan aseng serta komunis, maka PA 212 siap mengikut komando ulama untuk mendukung dan mengawal KAMI," kata dia.
Tetapi kalau dalam perjalanannya ternyata arah KAMI melenceng dari semangat awal, PA 212 memastikan akan mencabut dukungan.
"Tapi sebaliknya jika KAMI dibawa untuk kepentingan kelompok tertentu demi ambisi jabatan dan menghiraukan komando ulama serta tidak sejalan dengan umat, maka PA 212 tentu tidak mendukung KAMI lagi," Novel menambahkan.
Tetapi kalau dalam perjalanannya ternyata arah KAMI melenceng dari semangat awal, PA 212 memastikan akan mencabut dukungan.
"Tapi sebaliknya jika KAMI dibawa untuk kepentingan kelompok tertentu demi ambisi jabatan dan menghiraukan komando ulama serta tidak sejalan dengan umat, maka PA 212 tentu tidak mendukung KAMI lagi," Novel menambahkan.
Dianggap manuver politik
Politikus dari partai PDI Perjuangan -- pendukung pemerintah -- Wanto Sugito berpendapat deklarasi KAMI yang digagas oleh sejumlah tokoh, termasuk Din Syamsuddin, pada Selasa ini sebagai manuver politik yang mengatasnamakan rakyat.
"Namanya saja Koalisi Aksi. Jadi di situ yang ada hanya aksi politik. Jangankan menyelamatkan Indonesia, menjaga disiplin deklarasi dengan mematuhi protokol COVID-19 saja tidak bisa. Bandingkan dengan upacara HUT Kemerdekaan RI oleh DPP PDI Perjuangan di Lapangan Banteng, yang sangat tertib dan berdisiplin," kata Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan dalam keterangan tertulis yang dimuat Antara.
Menurut dia kredibilitas KAMI sudah tergerus dengan sendirinya oleh karakter para pengusungnya yang lebih mengedepankan manuver politik.
Dalam konteks itu, Wanto menyatakan kader PDI Perjuangan seluruh Indonesia percaya rakyat Indonesia sudah semakin cerdas. Rakyat punya intuisi kolektif guna membedakan mana pemimpin yang mumpuni dan bekerja keras bagi negeri.
"Rakyat bisa membedakan yang mana yang niat jadi pemimpin tapi nyatanya hanya mengejar mimpi. Kami meragukan maksud deklarator KAMI, kecuali hanya sebagai representasi mewakili barisan sakit hati," kata Wanto.
Alumnus UIN Syarif Hidayatullah mengatakan rakyat paham bagaimana sosok Rizal Ramli, Amien Rais, Rocky Gerung, dan beberapa tokoh deklarator lainnya. Sangat kuat aroma bahwa alasan menyelamatkan Indonesia hanya sebagai bentuk oposan terhadap Presiden Jokowi.
"Grass roots PDI Perjuangan itu jelas. Taat azas. Bu Mega selalu bela Pak Jokowi, maka kami juga pasang badan untuk Pak Jokowi," katanya.
"Terlebih begitu kental nuansa post power syndrome dari para deklarator yang hadir. Maka gerakan KAMI tersebut sebenarnya bentuk gerakan menyelamatkan mimpi kekuasaan masing-masing. Kami tidak habis pikir atas berbagai manuver politik yang terbukti tidak laku tersebut," Wanto menegaskan.