YLBHI soal Kekerasan Aparat dan Baju Adat NTT yang Dipakai Jokowi: Miris

Rabu, 19 Agustus 2020 | 14:52 WIB
YLBHI soal Kekerasan Aparat dan Baju Adat NTT yang Dipakai Jokowi: Miris
Direktur YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia), Asfinawati. [YLBHI.or.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati menyayangkan tindakan aparat yang mengintimidasi masyarakat adat Besipae saat melakukan upaya mengosongkan salah satu lahan di Kecamatan Amnuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

Padahal sehari sebelumnya diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengenakan pakaian adat asal Timor Tengah, NTT dalam upacara pengibaran Bendera Merah Putih di Istana Merdeka, Selasa (17/8/2020).

Terkait hal itu, Asfinawati merasa miris karena pakaian adat hanya dikenakan sebagai simbolis semata.

"Miris sekali ya. Seharusnya bukan simbolnya saja, tapi pemenuhan hak terutama kebiasaan tradisi mereka dilindungi," kata Asfinawati dihubungi Suara.com, Rabu (19/8/2020).

Baca Juga: Bantah Intimidasi Warga Adat Besipae, Pemprov NTT: Hanya Shock Therapy

Asfinawati mengatakan, seharusnya Jokowi tidak hanya mengenakan pakaian adat dari beragam daerah semata. Melainkan juga harus bertindak membela hak-hak masyarakat adat dalam kenyataan di lapangan.

"Sebaiknya tindakan simbolis menjadi substantif. Diawali dengan pemenuhan hak-hak masyarakat seperti masyarakat adat di Amnuban Selatan ini," ujar Asfinawati.

Sebelumnya, hal senada diutarakan Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Choirul Anam.

Dia menilai makna pakaian adat Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT yang dipakai Jokowi saat 17 Agustus kemarin itu baru sebatas simbolis atau belum betul-betul dijadikan penghormatan dan perlindungan kepada masyarakat adat.

Pasalnya, sehari setelah itu, berlangsung intimidasi terhadap masyarakat adat Besipae, Nusa Tenggara Timur, yang dilakukan aparat. Kejadian itu amat disayangkan Komnas HAM.

Baca Juga: Diusir Paksa, Aparat Rampas Alat Masak dan Makanan Warga Adat Besipae NTT

"Penggunaan pakaian adat yang semestinya bermakna subtansi akan penghormatan dan perlindungan belum esensial dilakukan. Masih sebatas simbolisme. Sangat disayangkan kondisi kontradiksi ini. Di sisi lain dalam narasi kenegaraan ada nuansa perlindungan, penghormatan, namun secara faktual malah terjadi penggusuran, kekerasan," kata Anam kepada Suara.com, Rabu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI