Suara.com - Warga terdampak jalan tol Solo-Jogja mempertanyakan nasib usaha mereka yang tertutup jalan tol Solo-Jogja.
Mereka kini menunggu kepastian lahan yang terkena patok jalan tol Solo-Jogja. Warga juga menunggu kejelasan nasib lahan dan bangunan yang tidak terkena area pembangunan, namun aksesnya menjadi tertutup karena tol.
Salah seorang warga terdampak, Okto Gunawan, warga Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, DIY, mengatakan akan menunggu kepastian lahan yang masuk dalam area pembangunan jalan tol. Pada beberapa kali sosialisasi dan konsultasi publik, sebagian lahan milik warga Kalasan itu masuk dalam trase jalan tol Solo-Jogja.
"Saya punya lahan sekitar 222 meter persegi. Kalau dari gambar lahan saya dari pojok ke pojok terkena jalan tol, jadi agak miring. Yang hilang sekitar 130 meter persegi. Sisa lahannya berbentuk segitiga," kata pria yang akrab disapa Wawan itu sebagaimana dilansir dari Solopos.com -- media jaringan Suara.com --- Selasa (18/8/2020).
Baca Juga: BPJT Investigasi Proyek Jalan Tol Cibitung-Cilincing Ambruk
Artinya, lahan milik Wawan hanya tersisa kurang dari 100 meter persegi. Lahan berbentuk segitiga itu pun juga tidak akan bisa dimanfaatkan.
Wawan juga mempertanyakan nasib bisnis penyewaan tiga paviliun yang pasti mati karena akses masuk ke salah satu usahanya tertutup jalan tol. Hal itu karena halaman depan usaha penginapannya yang dirintis sejak tahun lalu itu masuk area terdampak pembangunan.
Menanti Penjelasan
"Ini juga nanti akan saya minta penjelasannya. Bagaimana nasib bisnis penyewaan paviliun saya ini? Apakah juga ada ganti ruginya? Ini jelas akan saya perjuangkan," ujar dia.
Hingga kini, memang belum ada pembahasan dengan warga setempat terkait ganti untung tol Solo-Jogja. Meskipun begitu, kata Wawan, harga jual tanah di pasaran saat ini rata-rata Rp3 juta per meter tergantung lokasinya.
Baca Juga: Mengerikan! Detik-detik Jalan Tol Cibitung-Cilincing Ambruk di Marunda
"Nah saya juga belum tahu apakah penentuan harga nanti menggunakan NJOP atau ZNT [zona nilai tanah] atau ada dasar yang lain. Kalau ZNT nya antara Rp2 juta hingga Rp5 juta per meter. Ya harapannya tidak menggunakan NJOP karena NJOP di sini kecil sekali," ujar Wawan.
Yang jelas, dia menegaskan warga Kadirojo tidak ada yang menolak pembangunan jalan tol Solo-Jogja. Mereka mendukung sepenuhnya program pemerintah.
Kepala Dusun Kadirojo II Petrus Budi Santosa mengatakan rencana pematokan secara simbolis akan digelar pada Rabu (19/8/2020). Sebelum pematokan dilakukan, warga menggelar pengajian dan tumpengan. Rencananya, pematokan secara simbolis dilakukan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X. "Nanti pematokan dilakukan ke arah timur di simpang susun yang dari Manisrenggo dan yang ke Bokoharjo," jelas dia.
Di wilayahnya, kata Budi, ada sekitar 90 warga terdampak pembangunan jalan tol Solo-Jogja. Warga tidak mempermasalahkan jika lahan yang dimiliki masuk area terdampak.
"Terutama yang lahan sawah. Tidak ada yang menolak. Kami juga terus mengedukasi warga terutama yang sepuh-sepuh bagaimana menyikapi rencana pembangunan jalan tol ini," imbuh dia.
Terkait harga jual tanah di pasaran, Budi mengaku saat ini harga masih wajar. Per meter masih dijual antara Rp2 juta hingga Rp3 juta tergantung lokasinya.