Sesaat kemudian, ia melempar kantong tersebut ke saluran sampah di lantai tiga, dengan niatan agar anaknya meninggal.
Setelahnya, ia membersihkan darah yang berceceran di rumah, mandi dan pergi tidur. Ibu ini tak memberi tahu siapa pun tentang persalinan dan perbuatannya. Ia hanya memberi tahu temannya bahwa dirinya mengalami keguguran.
Sekitar pukul 08.30 pagi, petugas kebersihan sedang mengangkuy sampah dari tempat pembuangan di sepanjang Bedok Utara ketika menemukan sang bayi dalam keadaan hidup.
Petugas kebersihan Patwari Shamin dan Kamal Mustofa samar-samar mendengar suara tangis bayi saat mengambil tempat sampah dari pintu saluran.
Baca Juga: Kampanye Kurangi Sampah Makanan Dianggap Ekstrem, Restoran Ini Diprotes
Keduanya kemudian mengecek kembali tempat sampah telah ditumpangkan ke kereta motor, dan terdengarlah suara tangis bayi yang kali ini lebih keras.
Begitu di cek ulang, mereka menemukan bayi laki-laki berlumuran darah, terbungkus di dalam plastik putih. Polisi dan petugas medis kemudian datang dan sang bayi dibawa ke rumah sakit.
Polisi lalu menyambangi pelaku keesokan harinya. Saat diinterogasi, ibu ini sempat menyangkal namun akhrinya mengaku atas perbuatannya.
Pelaku didiagnosis menderita depresi pascapersalinan, tetapi tidak ada kaitan langsung dengan perbuatannya, sebab depresinya muncul setelah upaya pembunuhan tersebut.
Laporan dari Institute of Mental Health Singapura mengonfirmasi pelaku tidak menderita penyakit mental yang parah saat melakukann pelanggaran. Ia sebelumnya pernah dikirim ke pusat rehabisitasi narkoba karena mengonsumsi sabu.
Baca Juga: Canggih! Pembangkit Listrik tenaga Sampah Pertama RI Beroperasi di Surabaya