Suara.com - Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (Sekjen PAN) Eddy Soeparno menilai dinasti politik tidak hanya ada di Indonesia, melainkan sudah ada di negara-negara lain.
Ia pun mencontohkan dinasti politik keluarga Lee Kuan Yew di Singapura, keluarga mantan PM Malaysia Najib Razak, keluarga mantan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy.
Pun hingga, keluarga mantan Presiden Amerika Serikat George W Bush, keluarga PM Kanada Justin Trudeau, dan keluarga mantan Presiden Korea Selatan Park Geun Hye.
"Kalau saya bicara dinasti politik, kita sudah tahu, tidak hanya eksklusif di Indonesia saja, kita lihat ada keluarga Lee di Singapura Nazib putra dari PM (Malaysia) di Amerika keluarga ada keluarga Kennedy, Bush Kanada ada Justin Trudeau di Filipina, Korea ada Presiden Park Geun Hye anak perempuannya yang meneruskan," ujar Eddy dalam diskusi daring bertajuk "Merdeka dari Dinasti: Lah..Apa Mungkin?, Selasa (18/8/2020).
Baca Juga: Parpol Kekalkan Dinasti Politik, Golkar: Jika Masyarakat Menghendaki, Sah
Dinasti politik di Indonesia kembali ramai menyusul majunya putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabumingraka yang siap maju sebagai calon Wali Kota Solo.
Selain itu, menantu Jokowi, Bobby Nasution juga maju di Pemilihan Wali Kota Medan, serta putri Wakil Presiden Maruf Amin, Siti Nur Azizah yang maju di Pilwalkot Kota Tangerang.
Eddy pun mengungkapkan perbedaan dinasti politik di Indonesia dan di luar negeri.
Di luar negeri, putra-putri dari keluarga mantan Presiden atau PM maju di dunia politik ketika orangtuanya sudah tidak menjabat atau tidak berkuasa lagi.
Sehingga, mereka yang maju di politik tidak mengandalkan jabatan orangtua untuk memenangkan kontestasi politik.
Baca Juga: PKS: Dinasti Politik Bahaya, Apalagi Tiba-tiba Maju Pilkada Secara Instan
"Bedanya dengan Indonesia dari luar negeri adalah mereka di luar negeri itu menjadi eksekutif ketika orang tua sudah lengser sudah tidak menjabat lagi, itu perbedaan utamanya. Jadi mereka tidak mengandalkan jabatan atau otoritas yang melekat pada orangtua untuk memenangkan kursi eksekutif tersebut," kata dia.
Sementara di Indonesia, dinasti politik yang dibangun oleh mereka yang maju saat orang tuanya masih menjabat atau memiliki kekuasaan. Karena itu, kemudian muncul konflik kepentingan yang besar.
"Kalau Indonesia ada keceenderungan ketika keluarganya masih menjabat ya keluarga lain putra istri maju sehingga memang di situ terjadi adanya konflik etika, konflik kepentingan yang besar," katanya.