Suara.com - Sebuah studi yang dipublikasikan di Earth-Science Reviews, menyebut gua-gua di Mars dan Bulan bisa jadi rumah manusia di masa mendatang.
Gua, yang disebut ilmuwan dengan nama tabung lava, dikatakan dapat melindungi manusia dari radiasi kosmik, sebagaimana dilaporkan New York Post, Selasa (18/8/2020).
Selain berfungsi sebagai pelindung, penelitian tersebut mencatat bahwa tabung lava itu kemungkinan berukuran antara 100 dan 1.000 kali lebih besar dari yang ada di bumi.
Dengan lebar lebih dari 100 kaki dan panjang 25 mil, gua-gua di Mars dan Bulan dirasa akan jadi rumah ideal mansuai di masa-masa awal eksplorasi.
Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun Pengorbit Mars, NASA Bagikan Penampakan Cantik
"Tabung lava dapat memberikan perisai yang stabil dari radiasi kosmik dan matahari serta dampak mikrometeorit yang sering terjadi di permukaan benda planet," kata penulis utama studi tersebut, Franceso Sauro.
“Selain itu, mereka memiliki potensi besar untuk menyediakan lingkungan di mana suhunya tidak berubah dari siang hingga malam hari."
Menurut Sauro, badan antarika berbagai negara kini tertarik dengan gua dan tabung lava di Planet Merah itu.
Karena, gua-gua tersebut punya potensi jadi batu loncatan manusia dalam pembentukan koloni di luar bumi.
"Dan untuk menemukan kehidupan (dulu atau sekarang) di bawah permukaan Mars," jelas Sauro.
Baca Juga: Ilmuwan Menghitung Akhir dari Alam Semesta
Untuk mendapatkan temuan mereka, Sauro dan para peneliti lainnya melihat tabung lava di berbagai wilayah berbeda di Bumi: Hawaii, Kepulauan Canary, Kepulauan Galapagos, Australia dan Islandia.
Mereka mengukur ukuran dan mengumpulkan morfologi tabung lava di Bulan dan Mars menggunakan model medan digital (DTM).
Model tersebut didapatkan Sauro dan kawan-kawannya melalui gambar stereoskopik satelit dan altimetri laser yang diambil oleh probe antarplanet
“Kami kemudian membandingkan data ini dengan studi topografi tentang rantai keruntuhan serupa di permukaan bumi dan dengan pemindaian laser di bagian dalam tabung lava di Lanzarote dan Galapagos," kata Riccardo Pozzobon, rekan penulis studi tersebut.
"Data ini memungkinkan untuk membatasi hubungan antara rantai runtuh dan rongga bawah permukaan yang masih utuh."
Kemungkinan gravitasi yang lebih rendah di bulan dan Mars memengaruhi aktivitas gunung berapi awal miliaran tahun lalu, yang dapat menjelaskan mengapa tabung tersebut secara signifikan lebih besar daripada yang terlihat di Bumi.
"Mengingat ukurannya, tabung di bulan bisa menjadi target luar biasa untuk eksplorasi bawah permukaan dan potensi pemukiman di lingkungan luas tabung lava yang terlindungi dan stabil," tambah Pozzobon.
Ini bukan pertama kalinya para peneliti menyarankan struktur bawah tanah di bulan sebagai kemungkinan rumah bagi kehidupan manusia di mas mendatang.
Pada tahun 2017, Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang menemukan sebuah gua besar di bawah permukaan bulan, sesuatu yang digambarkannya sebagai penemuan yang sangat signifikan, karena nilainya bagi sains dan ekspansi manusia ke luar angkasa.
NASA sedang membuat persiapan untuk kembali ke bulan pada tahun 2024, melalui program Artemis, penerus program Apollo.
Pada bulan April, badan antariksa merinci rencana untuk meletakkan pangkalan di satelit alami Bumi. Peneliti terus mempelajari masa lalu Mars.
Sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Maret menunjukkan bahwa Planet Merah memiliki dua reservoir unik air purba yang pernah mengalir jauh di bawah permukaan planet.