Mereka mengukur ukuran dan mengumpulkan morfologi tabung lava di Bulan dan Mars menggunakan model medan digital (DTM).
Model tersebut didapatkan Sauro dan kawan-kawannya melalui gambar stereoskopik satelit dan altimetri laser yang diambil oleh probe antarplanet
“Kami kemudian membandingkan data ini dengan studi topografi tentang rantai keruntuhan serupa di permukaan bumi dan dengan pemindaian laser di bagian dalam tabung lava di Lanzarote dan Galapagos," kata Riccardo Pozzobon, rekan penulis studi tersebut.
"Data ini memungkinkan untuk membatasi hubungan antara rantai runtuh dan rongga bawah permukaan yang masih utuh."
Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun Pengorbit Mars, NASA Bagikan Penampakan Cantik
Kemungkinan gravitasi yang lebih rendah di bulan dan Mars memengaruhi aktivitas gunung berapi awal miliaran tahun lalu, yang dapat menjelaskan mengapa tabung tersebut secara signifikan lebih besar daripada yang terlihat di Bumi.
"Mengingat ukurannya, tabung di bulan bisa menjadi target luar biasa untuk eksplorasi bawah permukaan dan potensi pemukiman di lingkungan luas tabung lava yang terlindungi dan stabil," tambah Pozzobon.
Ini bukan pertama kalinya para peneliti menyarankan struktur bawah tanah di bulan sebagai kemungkinan rumah bagi kehidupan manusia di mas mendatang.
Pada tahun 2017, Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang menemukan sebuah gua besar di bawah permukaan bulan, sesuatu yang digambarkannya sebagai penemuan yang sangat signifikan, karena nilainya bagi sains dan ekspansi manusia ke luar angkasa.
NASA sedang membuat persiapan untuk kembali ke bulan pada tahun 2024, melalui program Artemis, penerus program Apollo.
Baca Juga: Ilmuwan Menghitung Akhir dari Alam Semesta
Pada bulan April, badan antariksa merinci rencana untuk meletakkan pangkalan di satelit alami Bumi. Peneliti terus mempelajari masa lalu Mars.