Cerita Peperangan Terakhir Pejuang Kemerdekaan Usir Belanda dari Bumi Sumut

Bangun Santoso Suara.Com
Senin, 17 Agustus 2020 | 07:58 WIB
Cerita Peperangan Terakhir Pejuang Kemerdekaan Usir Belanda dari Bumi Sumut
Mangara Hutabarat, veteran kemerdekaan yang sudah berumur 92 tahun di Sumut. (Suara.com/Muhlis)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sementara pasukan Belanda berada di bawah, sehingga memudahkan tentara Indonesia mengatur serangan dari segala arah.

Dengan menggunakan strategi serangan berlapis, tembakan demi tembakan terus digencarkan ke arah pasukan lawan.

Setiap satu pasukan dengan jumlah 7 personel selesai menembakkan peluru mereka langsung masuk dan berlindung di benteng atau uruk yang sudah dibuat.

Selanjutanya, pasukan yang ada di belakang maju dan menembak secara bergantian ke arah pasukan Belanda dengan tetap mempertahankan posisi.

Baca Juga: Miris! Pejuang Mata-mata Agresi Militer Belanda Kini Jadi Pedagang Asongan

"Pertempurannya di jarak yang sangat dekat, jadi kalau seandainya saat itu macet senjata, jadi abu lah kami semua," ungkapnya.

Pengorbanan Mangara mengusir penjajah dari tanah Sumatera penuh perjuangan. Ia harus mengorbankan harta hingga bertaruh nyawa.

Mangara menceritakan pernah hampir gugur saat serpihan mortir menghantam badannya saat pertempuran berkecamuk. Beruntung, nyawanya masih di kandung badan hingga saat ini.

"Jadi pecahan mortir itu yang kena. Buktinya ada ini di badan saya bagian belakang ini," katanya.

Setelah masa pertempuran usai, Indonesia mulai menata kemerdekaannya, demikian juga dengan Mangara.

Baca Juga: Lagi Bawa Penumpang, Driver Ojol di Medan Tiba-tiba Kejang dan Meninggal

Pada tahun 1954, dia hijrah dari Tapanuli Tengah untuk mengadu nasib ke Kota Medan. Mangara harus hidup berpindah-pindah lantaran tidak punya tempat tinggal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI