Suara.com - Pemerintah Korea Selatan menyalahkan pemimpin Gereja Sarang Jeil, Pendeta Jun Kwang-hoon terkait lonjakan kasus infeksi virus Corona pekan ini.
Menyadur The Straits Times, Minggu (16/8/2020), Korea Selatan menganggap pendeta konservatif yang kerap mengritik pemerintah itu telah melanggar aturan isolasi diri.
Jun Kwang-hoon juga dianggap telah menghalang-halangi pencegahan penyebaran Covid-19 lantaran enggan memberikan daftar jemaah gereja yang hadir pada Sabtu (15/8/2020).
Korea Selatan hari ini, Minggu (16/8/2020), melaporkan 279 kasus baru infeksi virus Corona. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat dari kasus yang tercatat sehari sebelumnya, yakni 103.
Baca Juga: Sering Ditampilkan di Drama, 10 Hal Ini Ternyata Dilarang di Korea Selatan
Sebagian kasus baru ini, dilaporkan Kementerian Kesehatan Korea Selatan ditemukan di Seoul dan kawasan sekitarnya.
Ibukota mencatat 146 kasus baru, 107 di antaranya terkait dengan Gereja Sarang Jeil yang tetap menggelar rapat umum kendati ada pembatasan sosial.
Kementerian kesehatan mengatakan akan mengajukan pengaduan terhadap Jun malam ini. Mereka menuduh pendeta kontroversial itu berperan dalam lonjakan kasus infeksi virus Corona pekan ini.
Lonjakan kasus Covid-19 mendorong pihak berwenang memberlakukan kembali pembatasan jarak sosial yang lebih ketat.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in memeringatkan warganya bahwa akan ada tindakan tegas dari pemerintah apabila masih ada yang melanggar aturan.
Baca Juga: India Setujui Uji Klinis Obat COVID-19 Buatan Korea Selatan
Dia juga mengritik beberapa gereja yang disebutnya tak patuh aturan pembatasan sosial dengan tetap menggelar peribadatan.
Tindakan itu bahkan disebut Moon sebagai "perilaku tak termaafkan yang mengancam kehidupan publik".
Reuters coba menghubungi Gereja Sarang Jeil dalam kasus lonjakan kasus Covid-19 ini. Namun tak mendapatkan respon.
Selain gereja yang dipimpin pendeta Jun, sekte Kristen lainnya yakni Gereja Yesus Shincheonji, juga menjadi pusat wabah infeksi Covid-19 terbesar di negara itu pada bulan Februari.
Kelompok rahasia ini terkait dengan 36 persen dari total kasus infeksi virus Corona Korea Selatan.
Pada 1 Agustus, otoritas Korea Selatan menangkap pendirinya, Lee Man-hee, karena diduga menyembunyikan informasi penting dari pelacak kontak.