"Ini dibuktikan dengan beberapa kali kurang lebih dua sampai tiga kali taruna-taruna angkatan laut Jepang merapat dengan kapal di Tanjung Priuk dan datang ke museum ini khusus untuk mencari tahu di mana Maeda tinggal," tutur Jaka.
Pada 17 Agustus 1977, Maeda diundang pemerintah Indonesia untuk menerima tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya.
Perumusan Naskah Proklamasi
Memasuki 17 Agustus 1945 tengah malam, puluhan tokoh pemuda serta anggota PPKI telah berkumpul di rumah Laksamana Maeda.
Proses perumusan naskah proklamasi dilakukan oleh Sukarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo di ruang makan, sedangkan yang lainnya menanti di ruang besar.
Baca Juga: Dua Hari Jelang HUT Kemerdekaan RI ke-75, Kasus Positif Corona Tembus 2.345
"Bung Karno ingin Bung Hatta yang mendikte karena Bung Hatta yang paling tertib bahasanya. "You diktein, saya tulis" kata Bung Karno. Makanya ada corat-coret. Ada Soebardjo juga bertiga mereka merumuskan," kata Bonnie.
Seusai merumuskan naskah proklamasi, Sukarno melangkah ke ruang besar di rumah Laksamana Maeda, tempat berkumpul 40 sampai 50-an orang.
Hatta mengusulkan agar mengikuti deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat yang founding fathers-nya meneken semua.
"Kemudian Sukarni datang dengan usul dua orang saja yang tandatangan, Sukarno dan Hatta, tapi atas nama rakyat Indonesia. Ya sudah disetujui," kata Bonnie.
Setelah disepakati siapa yang harus menandatangani apa saja yang harus diubah dan sudah sepakat, Sukarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi dengan didampingi wartawan BM Diah.
Baca Juga: Bandel, 60 Persen Orang Jepang dengan Gejala Flu Tetap Pergi Bekerja
Namun, masalah muncul. Laksamana Maeda tidak memiliki mesin ketik dengan huruf Latin, tapi huruf kanji.