Siapa Laksamana Maeda, Perwira Jepang dalam Proklamasi Kemerdekaan RI?

BBC Suara.Com
Sabtu, 15 Agustus 2020 | 22:46 WIB
Siapa Laksamana Maeda, Perwira Jepang  dalam Proklamasi Kemerdekaan RI?
Laksamana Maeda [BBC].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

'Jangan halang-halangi kami merdeka'

Malam harinya, Sukarno dan Hatta kembali ke Jakarta guna memverifikasi kekalahan Jepang di tangan sekutu.

Berkat koneksi Achmad Soebarjo, para tokoh meluncur ke rumah Laksamana Tadashi Maeda, perwira penghubung Angkatan Laut Jepang di Jakarta.

Saat itu Jakarta dikuasai Angkatan Darat Jepang.

Maeda mengusulkan agar Sukarno, Hatta, dan Achmad Soebarjo menemui Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, kepala staf Tentara Angkatan Darat ke-16 yang menjadi kepala pemerintahan militer Jepang di Hindia Belanda atau yang disebut Gunseikan.

Baca Juga: Dua Hari Jelang HUT Kemerdekaan RI ke-75, Kasus Positif Corona Tembus 2.345

Yamamoto tidak menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Laksamana Maeda. Ia memerintahkan Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum Pemerintahan Militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut.

Nishimura mengatakan kondisi sudah berubah, janji kemerdekaan sudah tidak bisa lagi diwujudkan.

Jaka Perbawa, kurator koleksi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, mengatakan bahwa dalam kesempatan itu Sukarno meminta Nishimura agar tidak menghalangi kemerdekaan Indonesia.

"Kecewa dengan jawaban Nishimura, Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya meminta kepada Nishimura: Kalau janji kemerdekaan sudah tidak bisa lagi diwujudkan, jangan halang-halangi kami merdeka dengan cara kami sendiri," jelas Jaka.

Menuju rumah Laksamana Maeda

Dari sini, menurut Jaka, terbetik ide untuk menggunakan rumah Laksamana Maeda sebagai tempat persiapan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Bandel, 60 Persen Orang Jepang dengan Gejala Flu Tetap Pergi Bekerja

"Pertimbangan wilayah Menteng, pertimbangan rumah Maeda sebagai wilayahnya Angkatan Laut Jepang yang tidak bisa sembarangan dimasuki kempetai Jepang. Di sinilah peran Soebardjo ketika memilihkan tempat yang aman agar tidak ada gangguan dari Angkatan Darat Jepang maupun kempetai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI