Mengapa Tengku memasangkan Puan dan Gibran?
"Gaya-gayanya kelompok nasionalis dari PDIP ingin memajukan Puan Maharani, setidaknya saat masih dipimpin Ibu Mega. Sementara Pak Jokowi sudah kelihatan mau menaikkan anaknya jadi wali kota Solo. Sebuah persiapan kaderisasi jadi penguasa juga?" katanya.
"Lawannya ya tidak usah tanggung-tanggung. Dari kelompok agamis HRS dan UAS yang jelas dikenal luas, dicap sebagai oposisi... Kalau tokoh-tokoh dari NU, misalnya, kan bukan oposisi..." Tengku menambahkan.
Menurut Tengku soal besar kecilnya peluang Habib Rizieq Shihab - UAS bisa diusung ke bursa pemilu presiden tergantung keadaan.
Baca Juga: Pakai Kebaya Jingga, Intip Gaya Anggun Puan Maharani di Sidang Tahunan MPR
Jika batas minimal untuk mencalonkan dari partai dinolkan, bukan mustahil kedua akan diajukan salah satu partai Islami. Cuma saja apa berani penguasa dan partai penguasa mengnolkan batas minimal itu?" kata dia.
Besaran presidential threshold atau syarat partai bisa mengusung calon saat ini 20 persen atau 25 persen total suara di DPR atau suara sah nasional.
Tak perlu dinolkan, menurut Tengku, batas minumum mencalonkan diturunkan jadi delapan persen saja, kemungkinan calon dari kelompok agamis akan muncul.
"Dan Gus Dur pernah menang dari kelompok agamis, bukan? Mengalahkan Ibu Megawati dari kelompok nasionalis sekuler. Padahal PDIP saat itu memenangkan pemilu tahun 1999," kata Tengku.
Baca Juga: Pidato di Sidang Tahunan MPR, Puan Maharani Dua Kali Kutip Bung Karno