Seorang warganet justru memperingatkan bahwa ia harus mengerti dan menghormati aturan yang ada di Malaysia mengenai berpakaian.
"Dear Sis... sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu tapi kalian harus ingat budaya Malaysia ... untuk orang barat seharusnya tidak masalah. Saya bisa melihat maksud Perpustakaan. Semoga kamu lebih mengerti," tulis akun @nurjones.
"Saya bangga Anda melawan balik. Saya tidak melihat bagaimana ini adalah pakaian yang "tidak pantas". Saya juga akan melakukan hal yang sama. Itu adalah perpustakaan dan Anda hanya di sana untuk belajar demi Tuhan .." tulis warganet lainnya yang membela.
Menurut postingan Facebook Perpustakaan Kuala Lumpur, kode pakaiannya diterapkan untuk menanamkan masyarakat yang beradab berdasarkan adab dan kesopanan.
Baca Juga: Tak Punya Printer, Siswa SD Tulis dan Gambar Materi Sekolah Secara Manual
Selain pakaian yang "menarik perhatian" dan terbuka, rok di atas lutut, pakaian ketat, singlet, celana pendek, sandal, piyama, topi, dan celana ketat juga dilarang.
Aturan tersebut menegaskan bahwa pengunjung yang tidak mematuhi aturan berpakaian yang sudah ditentukan tidak akan diizinkan memasuki perpustakaan.
Menurut laporan AsiaOne, ini bukan pertama kalinya wanita dikenakan aturan berpakaian yang kaku di Malaysia.
September lalu, seorang perempuan dilarang masuk ke Kantor Imigrasi Telok Intan karena celana capri-nya dianggap terlalu pendek oleh petugas keamanan yang bertugas.
Pada 2015, Rumah Sakit Sungai Buloh meminta maaf setelah menolak masuk seorang wanita dengan celana pendek dan hanya mengizinkannya masuk setelah dia menutupinya.
Baca Juga: Siswa Miskin Gunakan Masker Bekas Pakai, Guru Protes ke Pemerintah
Rumah sakit kemudian mengklarifikasi bahwa meski tidak memberlakukan aturan berpakaian, namun mendorong masyarakat untuk berpakaian sopan saat mengunjungi pasien.