Suara.com - Terpidana kasus hak tagih atau cessie Bank Bali Djoko Tjandra, ditetapkan sebagai tersangka dalam dua kasus sekaligus, Jumat (14/8/2020).
Dia ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus surat jalan palsu dan gratifikasi terkait penghapusan red notice.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Argo Yowono mengatakan, dalam perkara kasus surat jalan palsu, penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum (Dit Tipidum) Bareskrim Polri menjerat Djoko Tjandra dengan Pasal 263 Ayat 1 dan 2 KUHP, Pasal 426 KUHP, dan Pasal 221 KUHP. Dia diancaman dengan hukuman 6 tahun penjara.
“Hasil daripada gelar adalah peserta setuju menetapkan tersangka, yaitu saudara JST,” kata Argo saat jumpa pers di Bareskrim Polri, Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/8/2020).
Baca Juga: Tommy Jadi Tersangka Suap Dua Jenderal Polisi Terkait Kasus Djoko Tjandra
Sementara itu, Argo mengemukakan dalam perkara gratifikasi, Direktorat Tindak Pidana Korupsi (Dit Tipikor) Bareskrim Polri menetapkan Djoko Tjandra sebagai tersangka pemberi suap terhadap Brigjen Pol Prasetijo Utomo dan Irjen Pol Napoleon Bonaparte.
Penetapan status tersangka tersebut berdasar hasil gelar perkara dan pemeriksaan terhadap 19 saksi.
Selain itu, penyidik juga telah mengantongi sejumlah barang bukti berupa uang senilai 20 ribu Dollar Amerika Serikat.
"Ada barang bukti berupa uang 20 ribu USD, surat, HP, laptop, dan CCTV," ungkap Argo.
Atas perbuatannya, Djoko Tjandra pun dipersangkakan dengan Pasal 5 Ayat 1, Pasal 13 Undang-Undang 20 Tahun 2020 tentang Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Juncto Pasal 55 KUHP.
Baca Juga: Dua Jenderal Polisi Terima Suap Kasus Djoko Tjandra, Polri Sita 20 Ribu USD