Pemerintah, lanjutnya, harus memetakan kembali rumah sakit mana saja yang menangani Covid-19 dan mana yang menangani pasien umum.
"Misalnya kalau ada rumah sakit yang orang semua tahu kalau dia menangani pasien tumor dan pasien jantung, dan lebih bermanfaat dia di soal itu, sebaiknya tidak menangani Covid-19. Supaya pasien tumor dan jantung masih terlayani dengan baik," harapnya.
Wijaya menilai, saat ini yang terlihat adalah banyak rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 menyediakan ruang isolasi satu gedung, hanya lantai yang berbeda. Sementara lalulintas masuk tetap satu pintu.
Dengan dilakukan pemetaan oleh pemerintah, maka ketika rumah sakit tersebut lebih cenderung menangani pasien Covid-19, tidak perlu dia menangani pasien non Covid-19 kecuali dia punya gedung terpisah.
Baca Juga: Viral Bayar UKT Pakai Receh, Pecah Celengan Gara-gara COVID-19
"Makanya ada kecenderungan belakangan, tenaga kesehatan yang terinfeksi, justru bukan yang langsung menangani Covid-19," ungkapnya.
Selain pemetaan, dr Wijaya berharap siklus para dokter yang menangani pasien Covid-19, juga diatur melalui organisasi profesi ataupun perhimpunan. Sehingga tidak lagi terjadi ada dokter yang sangat lelah menangani pasien.
Sementara hal yang juga cukup penting dilakukan, menurut Ketua IDI Medan itu adalah komunikasi dan edukasi kepada masyarakat yang harus dikuatkan.
Kepada para dokter, Wijaya berharap agar tidak melakukan praktek pribadi dimasa jumlah kasus terhadap nakes yang semakin meningkat.
"Dalam hal ini kita dorong dan minta bantuan dari adik-adik fakultas kedokteran dan Pramuka untuk menguatkan masyarakat agar berfikir Corona ini benar-benar ada, bukan hoaks," jelasnya.
Baca Juga: Jokowi: Perjuangan Melawan Covid-19 Sudah Luar Biasa Kita Lakukan
"Untuk rekan sejawat yang memiliki penyakit penyerta, sebaiknya menghindari praktek pribadi. Kalau bisa sampai akhir bulan ini tidak praktek dulu, sebab ini kondisi kasus tidak terkontrol," tambahnya.