Lebanon sudah mengalami krisis keuangan dan tak bisa membayar utang luar negeri pada bulan Maret. Pembicaraan dengan IMF bahkan sudah terhenti sebelum ledakan terjadi.
Kini beban bertambah karena kerugian akibat ledakan itu mencapai US $ 15 miliar yang setara Rp 222 triliun. Sebuah tagihan yang tidak dapat dibayar Lebanon.
Bantuan kemanusiaan mengalir masuk, tapi negara-negara asing telah menekankan bahwa mereka tidak akan memberikan dana cuma-cuma untuk membantu Lebanon.
Mereka bersedia membantu jika Lebanon berjanji keluar dari keruntuhan ekonomi dengan tindakan reformasi untuk mengatasi korupsi dan pemborosan negara selama beberapa dekade.
Baca Juga: FBI Sebut Konsulat China di San Fransisco Sembunyikan Peneliti Bermasalah
Hale mengatakan AS akan mendukung pemerintahan baru yang mencerminkan keinginan rakyat dan memberlakukan reformasi. Dampak ledakan yang menyebabkan kemarahan publik mendorong kabinet mundur pekan ini.