Ia juga sempat berkeluh soal ini, juga menjabarkan progres konservasi mandiri yang dijalaninya tidak berjalan optimal karena minimnya pengalaman dan pengetahuannya tentang konservasi penyu. Dari dua sarang pertama yang harusnya menetaskan sekitar 200 tukik, sampai saat ini baru bisa menghasilkan 29 ekor anak penyu saja. Ia hanya menduga anomali cuaca sebagai sebabnya, tidak bisa memberikan kepastian tidak optimalnya metamorphosis yang terjadi.
Pak Bujang juga mengaku khawatir telur-telur di lima sarang lain akan bernasib sama. Meskipun demikian, ia tetap berusaha mencari jalan keluar. Lima sarang sisanya akan dipasang atap untuk menghindari air hujan yang diduga menjadi sebab telur-telur di dalamnya rusak.
"Kalau tidak kena air hujan mungkin akan banyak yang menetas," kata dia kepada kontributor Suara.com.
Sejak Mei 2020 lalu, hampir setiap hari Pak Bujang datang ke pulau ini, memantau sarang-sarang untuk melindungi dari ancaman pemangsa. Kadang ia juga datang pada malam harinya, mengintai induk penyu yang bertelur untuk kemudian langsung mengamankan lokasi dengan pagar jaring berlapis.
Baca Juga: Abrasi Parah, Konservasi Penyu di Trisik Kulon Progo Bakal Direlokasi
Ia mengaku menikmati momen-momen itu. Walaupun memang ketersediaan biaya operasional kadang menjadi tantangan yang menyulitkan. Namun sampai saat ini ia masih tetap melakoninya.
"Saya ingin telur penyu ini bisa netas dan anaknya hidup semakin banyak," ujarnya dengan penuh harapan yang besar.
Tahun 2020 ini, pulau ini sudah beberapa kali didatangi tamu yang ingin mendukung program konservasi penyu yang dijalaninya. Dengan beragam konsep ditawarkan, salah satunya konsep ekologi wisata yang menjadikan penyu sebagai daya tawar utamanya.
Pak Bujang mengaku selalu terbuka dengan program konservasi penyu. Namun sampai saat ini masih belum ada dampak signifikan untuk kemudahannya bekerja.
Di sela obrolan asyik dengan Pak Bujang, beberapa kelapa muda sudah tersaji di sisi lain pohon rindang ini. Tanpa dikomando, satu persatu dari anggota rombongan mengambil dan langsung menenggak air kelapa. Juga menghabiskan isinya dengan sendok yang terbuat dari bagian bawah kulit kelapa.
Baca Juga: Sudah Hampir Punah, 120 Bayi Penyu Dilepas di Pantai Goa Cemara
Anggota rombongan lain yang kebetulan berada di sisi pantai mencari kerang, langsung bergegas menghampiri. Bergerak cepat dari kejauhan untuk mendapatkan kelegaan dari manisnya air kelapa yang baru saja diturunkan dari pohonnya. Puja-puji atas kenikmatan melepas dahaga menggema sesaat, berakhir dengan obrolan tentang Pak Bujang dengan program konservasi yang dijalaninya dalam sunyi.