Suara.com - Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko, Rabu (12/8/2020) mengatakan tudingan bahwa vaksin COVID-19 buatan Rusia tak aman tidak berdasar dan dipicu oleh persaingan.
Dilaporkan Kantor Berita Interfax, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (11/8/2020) mengumumkan bahwa Rusia menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui vaksin COVID-19 setelah kurang dari dua bulan uji coba pada manusia.
Keputusan Moskow untuk memberikan restunya menimbulkan kekhawatiran di kalangan para pakar. Hanya sekitar 10 persen uji klinis berhasil dilakukan dan beberapa ilmuwan merasa khawatir Moskow mungkin saja lebih mementingkan gengsi negara ketimbang pengetahuan dan keamanan.
Sebelumnya Putin mengatakan vaksin, yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow, aman dan bahkan telah diberikan kepada salah satu putrinya.
Baca Juga: Tepis Isu Keamanan, Rusia Pastikan Vaksin COVID-19 Buatannya Aman
"Saya tahu bahwa (vaksin) itu cukup efektif, membentuk imunitas yang kuat dan saya tegaskan kembali, (vaksin) itu telah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan," kata Putin.
Sebelumnya Menteri Kesehatan Amerika Serikat Alex Azar mengatakan masalah terpenting berkaitan dengan vaksin virus corona bukanlah soal siapa yang paling cepat menemukannya tapi keampuhan dan keamanan vaksin itu sendiri.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan pesimismenya dengan vaksin yang diklaim oleh Putin. Dikatakan bahwa Rusia tak melakukan tahap-tahap uji klinis vaksin secara lengkap sehingga faktor keamanannya dipertanyakan.
WHO Peringatkan Rusia
Menyusul klaim Rusia tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan negara itu untuk selalu meninjau keamanan vaksin tersebut.
Baca Juga: Pemerintah Pastikan Bahan Baku Vaksin Covid-19 Sinovac Cukup
"Sangat penting bagi kami untuk menerapkan semua tindakan kesehatan masyarakat yang kami tahu berhasil, dan kami perlu terus berinvestasi dan mempercepat pengembangan perawatan dan vaksin yang aman dan efektif yang akan membantu kami mengurangi penularan penyakit di masa depan," kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic seperti dikutip Anadolu Agency.