Terungkap! Presiden Lebanon Sudah Diperingatkan Soal Risiko Ledakan Beirut

Bangun Santoso Suara.Com
Rabu, 12 Agustus 2020 | 07:36 WIB
Terungkap! Presiden Lebanon Sudah Diperingatkan Soal Risiko Ledakan Beirut
Sejumlah warga dan petugas bersihkan puing-puing ledakan Beirut. (Anadolu Agency/Houssam Shbaro)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"(Lembaga keamanan negara) mengatakan bahan itu berbahaya. Saya tidak bertanggung jawab! Saya tidak tahu di mana itu disimpan dan saya tidak tahu seberapa bahayanya bahan tersebut. Saya tidak punya kewenangan untuk mengatur langsung wilayah pelabuhan. Ada hierarki dan semua yang tahu harusnya mengetahui kewajiban mereka untuk melakukan apa pun yang dibutuhkan," kata Aoun.

Banyak pertanyaan belum terjawab terkait dengan pengiriman ribuan ton amonium nitrat yang akhirnya disimpan di gudang pelabuhan Beirut pada akhir 2013. Pertanyaan yang paling mengusik adalah mengapa bahan yang mudah meledak dalam jumlah besar, biasanya digunakan sebagai bahan baku pupuk dan bom, diperbolehkan berada di gudang penyimpanan dalam waktu lama.

Selain surat kepada presiden dan perdana menteri, sejumlah memo dan surat telah dikirimkan oleh otoritas pelabuhan, bea cukai, dan lembaga keamanan terkait ke pengadilan dalam enam tahun terakhir. Surat-surat itu meminta majelis hakim memerintahkan pemindahan ribuan amonium nitrat yang disimpan terlalu dekat dengan pusat kota.

Laporan dari Dirjen Keamanan Negara yang telah dilihat Reuters menyebut pihaknya telah mengajukan banyak permohonan, tanpa menyebutkan detail angkanya. Pihak tersebut mengatakan pihak pelabuhan telah mengirim beberapa surat kepada bea cukai sampai 2016. Isi surat itu meminta bea cukai meneruskan permohonan kepada hakim agar pengadilan memerintahkan amonium nitrat itu segera dikembalikan ke asalnya.

Baca Juga: Krisis Pangan, Lebanon Dapat Bantuan 50 Ribu Ton Tepung Terigu

"Namun sampai saat ini, tidak ada keputusan yang dibuat oleh otoritas terkait. Setelah berkonsultasi dengan salah satu ahli kimia kami, ia membenarkan material itu berbahaya dan digunakan sebagai bahan peledak," demikian isi laporan Dirjen Keamanan Negara.

Bahan berbahaya

Tragedi ledakan minggu lalu bermula saat Rhosus, kapal berbendera Moldova yang disewa oleh perusahaan Rusia, mengangkut ribuan ton amonium nitrat dari Georgia ke Mozambik.

Kapal itu transit di Beirut untuk menambah muatan kargo demi menutup biaya melewati Terusan Suez, kata kapten kapal.

Menurut dokumen lembaga keamanan di Lebanon, otoritas pelabuhan, sebagaimana merujuk pada perintah pengadilan nomor 2013/1031, menahan Rhosus pada Desember 2013 karena dua perusahaan yang terkait dengan kapal itu gagal membayar utang. Perkara itu sempat disidangkan oleh pengadilan di Beirut.

Baca Juga: Lebanon Telah Diperingatkan Potensi Ledakan di Beirut Sejak Juli

Rhosus pada Mei 2014 dinyatakan tidak layak berlayar dan bongkar muatan kapal berlangsung pada Oktober 2014. Isi muatan kapal disimpan dalam gudang pelabuhan, Hangar 12.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI