Suara.com - Pekerja medis China mengepalkan tangan di samping bendera komunis merah dalam lukisan yang terpajang di Museum Nasional, Beijing.
Satu dari 200 lukisan yang terpampang di museum merupakan cara pemerintah China memberi penghormatan bagi para garda terdepan penanganan Covid-19.
Sejak penularan mematikan pertama kali terdeteksi di Wuhan pada akhir tahun lalu, Partai Komunis China (PKC) telah berusaha menjadikan citra mereka sebagai pelopor dalam perang melawan Covid-19.
Menyadur The Straits Times, Selasa (11/8/2020), pameran bertajuk "Persatuan Kekuatan" itu memamerkan lukisan, pahatan, dan kaligrafi, semuanya sesuai dengan gaya realisme sosialis.
Baca Juga: Makin Banyak, 44 Kantor di Jakarta Ditutup karena Jadi Klaster Covid-19
Kesemua karya seni itu menggambarkan seperti apa yang dikatakan rezim pemerintahan Xi Jinping, bahwa China berhasil menanggapi krisis.
Di antara kanvas besar yang dipamerkan, sebuah lukisan menunjukkan seorang perawat yang gembira sedang membaca surat dari Presiden Xi kepada rekan-rekannya.
Di tengah ruangan, patung seukuran tentara turun dari pesawat untuk membantu penduduk yang tertimpa musibah, dengan seragam mereka membangkitkan adegan dari Long March.
Long March merupakan sebuah episode militer yang dilakukan Tentara Merah pada tahun 1930-an selama perang sipil di China.
Terlepas dari benar tidaknya bahwa China telah berhasil menangani krisis kesehatan, banyak pihak menganggap pameran tersebut justru menimbulkan ironi.
Baca Juga: Usai Ditutup Sepekan Akibat Covid-19, PN Jakbar Buka Kembali Hari Ini
Pasalnya, dalam seluruh karya di pameran itu, tak satupun yang menggambarkan rumah sakit di Wuhan tengah kewalahan menangani pasien.
Atau mundur lebih jauh, tak satupun dari lukisan atau karya lain yang menunjukkan penghormatan kepada Dokter Li, yang kematiannya akibat Covid-19 pada Februari lalu memunculkan amarah masyarakat.
China pada awalnya sempat menampik isu adanya virus baru yang menyebar di Wuhan di akhir tahun lalu. Sikap itu pada akhirnya membuat Negeri Tiongkok sempat kewalahan dengan kasus infeksi yang terjadi.
Secara resmi, China telah mencatat sekitar 85.000 kasus di mana lebih dari 4.600 nyawa terenggut oleh pandemi virus yang bernama ilmiah Sars-CoV-2 itu.
Pameran yang dibuka pada 1 Agustus selama dua bulan ini hanya memperbolehkan pengunjung dengan kartu identitas China, sehingga tidak dapat diakses oleh orang asing.